Song Kang tidak ingin menjadi pengecut.
Song Kang tahu dirinya tidak ingin menjadi pengecut. Maka, dia memutuskan untuk menghadapi rasa takutnya. Rasa takut menghadapi perasaannya sendiri. Dia awalnya ragu untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak lagi mencintai Mi Young. Kepastian bahwa hubungannya dengan Mi Young sebenarnya sudah berakhir tidak pernah bisa dibuktikan. Tidak ada di dunia ini yang sanggup membuktikan keberadaan perasaan dan kepastiannya bahwa, apakah berubah, tetap, atau hanya goyah. Yang jelas Song Kang tidak ingin menjadi pengecut. Tidak lagi.
Ia memutuskan untuk berhenti menjadi pengecut dimulai dari saat dimana ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Mi Young. Perceraian ini adalah salah satu hal sebagai bukti bahwa Song Kang mampu untuk tidak menjadi pengecut. Berdalih dan berpura-pura baik-baik saja tidak lagi ingin ia lakukan. Song Kang bertekad untuk mengakhiri kehidupannya yang seperti itu. Dia tidak ingin terus-menerus nampak bahagia hanya demi citranya sebagai seorang artis. Tentu saja dia manusia biasa dan menjadi sempurna bukanlah pekerjaannya. Jiwanya bebas dan tidak bisa terikat dengan kebohongan yang menjemukan.
Tekadnya sudah bulat. Untuk tidak menjadi pengecut. Ia ingin menjalani hidup yang sebenar-benarnya. Tidak lagi membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia dan hanya semu belaka. Percuma dia menjadi kaya, mempunyai semua uang ini, tetapi malah merasa hampa. Ia ingin mengembalikan gairah hidupnya lagi. Dan, Song Kang tahu di mana ia akan mendapatkannya lagi. Gairah hidup itu. Dia ada di hadapan Song Kang sekarang. Gairah yang selama ini ia tahan dan hindari, sekarang, akhirnya, berada sedekat ini dengannya. Gairah yang begitu ia rindukan. Mun Hee.
“Wah, semalam aku sepertinya mabuk berat.” Mun Hee yang duduk di kursi meja makan nampak berantakan. Tetapi, di mata Song Kang, gadis itu nampak sempurna. Rambut panjangnya yang berantakan tidak tersisir, kemeja lusuh kebesaran, celana pendek tua, dan aroma bir yang menguar dari sekujur tubuhnya. Song Kang melihatnya sebagai sebuah gairah. “Apa yang lain sudah pergi?” Mun Hee mengedarkan pandangannya karena semenjak tadi tidak melihat keberadaan Ji Hoon dan Jae Wook.
“Kak Ji Hoon harus segera ke rumah sakit. Kalau kak Jae Wook katanya ada kencan buta.” Sahut Song Kang sembari mengaduk bubur abalon. “Aku membuat bubur dan sup untuk menghilangkan pengar. Semalam kamu minum banyak. Dan, mabuk bareng Jae Wook. Wah, kalian berdua kacau. Kamu ingat semalam menggigit telingaku?”
“Apa?” Mun Hee berdiri dari duduknya. “Tapi, kamu tidak apa-apa? Di sebelah mana aku menggigitmu…? Lihat… lihat…,” Mun Hee mencoba meraih wajah Song Kang tetapi ia mampu menghindar. “Song Kang, coba kulihat. Aku kadang menjadi seperti anjing ketika sudah mabuk.”