FORGET ALL ABOUT US

Flora Darma Xu
Chapter #2

PENGALAMAN PERTAMA DALAM KAMUS HIDUPKU

Masih tentang aku, Jessica Margaretha . Ayahku bernama Albert Margaretho.

Aku di besarkan oleh ayahku, ibuku sudah meninggal sejak aku SD kelas 3. Rumah kami ada di Jakarta Utara Apartemen Kelapa Gading. Bermakna ayahku sudah menduda selama sembilan tahun.

''Jesika! Buruan, sayang. Ayah mau berangkat kerja juga, kamu hari ini UAS terakhir,'' ujar ayahku yang sudah duduk di kursi depan meja makan. Aku keluar dengan tergesa gesa. Sambil berjalan ke arah kursi dekat ayah, aku membetulkan tali pinggang, ayahku memberikan roti yang sudah di beri slay mocca kesukaanku dan susu milo.

''Makan yang benar,'' ujar ayahku. Setelah roti di atas piring ada di hadapanku, dan aku mengambilnya makan pakai tangan, tidak pakai garpu. Ayahku, melihat rambutku kusut segera mengambil sisir dan gunting sama kain.

''Ayah, mau buat apa itu?'' tanyaku heran.

''Ayah mau potong rambutmu menjadi pendek. Ayah lihat, kamu sangat sulit mengurus dan terlihat kucel rambut panjang,'' ujar ayah sambil melilit kan handuk melingkar tubuhku, layaknya di salon.

''Ayah, mana ada rambut Jesi panjang, baru sebahu juga,'' ujarku sambil mengunyah roti dan minum susu milo.

''Sudah, kamu diam saja, ayah yang potong.'' Ayah menyuruhku duduk di kursi yang sudah ia siapkan sebelumnya, kursi plastik brand napolly. Aku angguk setuju.

''Kaca mana?''

''Nggak perlu ngaca, nanti liat hasilnya saja,'' ujar ayahku sudah mulai menggunting pelan-pelan rambutku.

Ayahku memang aneh. Mentanglah hari ini Jum'at dan cocok potong rambut tapi tak melihat kondisi anaknya yang sedang makan.

''Kamu duduk diam dan jangan bergerak,'' ujar ayah mengingatkan.

Aku angguk sambil mengunyah roti pelan-pelan. Aku senyum sendiri kalau lihat bayangan ayah melalui pancaran cahaya yang masuk melalui jendela. Ayah, dengan fokus memotong rambutku dengan mulut menganga.

''Ayah, mulutnya tutup biar rambut Jesi nggak masuk mulut ayah,'' ujar ku mengingatkan ayah dan ayah hanya angguk, aku lihat dari bayangan ayah di sebelah barat.

Ayahku Albert, selain terkenal duren alias duda keren di apartemen ini, tapi ayahku juga adalah ibu sekaligus salon untukku. Rambutku, ayah yang potong, dan bajuku juga, kadang ayah yang cuci, ayah hanya mahu aku fokus belajar.

Aku sayang ayahku, dia seorang lelaki yang bijaksana dan penyayang. Ayahku tidak pernah marah, tapi sekali marah, tidak bicara, melainkan keluarkan tali pinggang dan sebat, kalau aku susah di bilang.

Setelah memotong rambut selesai, ayah membuka kain yang melingkar di tubuhku pelan-pelan. Lalu ambil vacum untuk membersihkan rambut yang ada di bajuku dan juga vacum lantai. Hanya saja, vacum baju itu ukuran kecil, kalau vacum lantai seperti pada umumnya.

Ayah memberikan kaca. ''Nah, Jesi boleh ngaca sekarang.''

Aku tersenyum puas, ternyata ayah hanya meratakan rambutku saja.

''Cantik kan, Ayah?''

''Cantik dong, siapa dulu ayahnya, Albert, duren di apartemen ini,'' ujar ayah membanggakan diri di hadapanku.

''Ya sudah bersiap, ayah hantar kamu ke sekolah sekarang,'' ujar ayah, sambil berjalan ke belakang dapur, mengambil plastik di almari untuk meletakkan potongan rambutku.

Aku menghabiskan roti sekeping lagi dengan lahap, setelah itu minum susu biar nggak seret.

Ayah memberi kode untukku berdiri dan ayah mengelilingi melihat aku memutar.

''Kenapa ayah?'' tanyaku heran dengan kelakuan ayah pagi ini sudah seperti gangsing.

Ayah berdiri di hadapanku sambil tersenyum dengan mata berkaca.

''Sudah gadis anak ayah sekarang.''

Lihat selengkapnya