SMA SIS KELAPA GADING.
Ratna, gadis berusia 17 tahun, dikenal di sekolahnya sebagai sosok yang ceria dan penuh energi. Namun, di balik senyumnya yang menawan, tersembunyi luka-luka masa lalu yang belum sembuh. Ia tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis, di mana orang tuanya sering bertengkar dan akhirnya bercerai ketika ia masih berusia 5 tahun. Ratna merasa terabaikan dan sering kali harus mengurus adiknya sendirian sementara ibunya bekerja hingga larut malam.
Ketika Ratna beranjak dewasa, ia mulai mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temanya untuk mengisi kekosongan yang ia rasakan di rumah. Ia menjadi sangat sensitif terhadap pendapat orang lain tentang dirinya dan berusaha keras untuk menjadi populer di sekolah. Namun ini juga membuatnya rentan terhadap rasa iri dan cemburu, terutama ketika seseorang mendapatkan perhatian yang menurutnya seharusnya ia dapatkan.
Jesika, dengan kepribadian yang tenang dan ramah dengan prestasi akademis yang cemerlang, tanpa sengaja menjadi sasaran kecemburuan Ratna. Ratna merasa terancam oleh Jesika yang sering di puji guru-guru dan mendapat simpati dari banyak teman. Dalam benak Ratna, Jesika adalah simbol dari segala yang tidak bisa ia miliki stabilitas, prestasi, dan pengakuan.
Ketidakamanan di hati Ratna ini, mendorongnya untuk bertindak irasional terhadap Jesika. Ia mulai menyebarkan fitnah tentang Jesika, berharap hal itu akan mengalihkan perhatian terhadap Jesika dan kembali kepadanya. Namun, ia tidak menyadari bahwa tindakannya ini akan membawa konsekuensi yang serius, tidak hanya bagi Jesika tetapi juga bagi dirinya sendiri.
Ditengah hiruk pikuk kelas yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jesika duduk termenung di pojok ruangan. Ia seperti bangkai yang diam; tidak bergerak, tidak bersuara, namun jelas bukan mayat, karena matanya masih memancarkan kilau kehidupan yang sayu.
Tanpa sepengetahuannya, bisikan-bisikan jahat mulai beredar di antara teman-teman sekelasnya. Sebuah fitnah keji yang disebarkan oleh Ratna, gadis yang selama ini di kenal ceria dan ramah, namun ternyata menyimpan dendam tanpa alasan yang jelas terhadap Jesika.
''Kalian tahu tidak? Jesika itu ...''
''Apa? Kok bisa? Kamu jangan buat pepesan kosong deh Ratna,'' ujar Bima yang tahu sifat Ratna sejak TK karena mereka berdua sahabat sejak kecil.
''Iya, aku dengar dari senior kita. Katanya Jesika itu ...''
Kata-kata Ratna terputus ketika melihat Jesika yang mendekat. Namun kerusakan telah terjadi, benih-benih kebencian tanpa dasar telah di tanam. Dan, Jesika yang tidak bersalah menjadi korban dari permainan keji tersebut.
Jesika, merasa ada yang tidak beres. Pandangan sinis dan sikap dingin yang ia terima dari teman-temannya membuatnya bingung. Apa yang telah ia lakukan? Kenapa semua orang tiba-tiba berubah sikap kepadanya. Tapi Jesika abaikan dan ia memilih duduk kembali di bangkunya. Ketika ia mengeluarkan tas dari laci meja, sepucuk kertas yang dilipat jatuh dan Jesika langsung mengambilnya, lalu ia buka, isinya sungguh mencengangkan.
JESIKA, HATI-HATI, ADA YANG INGIN MENJATUHKANMU!