Forget Me Not

Muala
Chapter #1

Langkah Pertama, untuk Cinta

Anna tidak bisa dan tidak sedang ingin menyembunyikan kegugupannya. Di dalam kereta bawah tanah yang bergerak cepat menuju pusat kota, jantung Anna bekerja tidak kalah cepatnya. Pikiran Anna penuh akan kemungkinan-kemungkinan, mungkin dia akan mendapatkan apa yang dicarinya selama ini, cinta.

Seperti cerita-cerita romantis yang dibacanya, Anna ingin menemukan cinta itu di kota ini, di London. Anna ingin mengadu keberuntungan cintanya, nekat dengan ketidakpastikan, walaupun biasanya keberuntungan cinta itu selalu mengkhianatinya selama ini.

Anna menarik napas dalam-dalam untuk dua hal, pertama untuk kisah cintanya yang sangat kemarau, kedua untuk mengurangi rasa gugup yang bercampur lelah setelah perjalanan panjang. Anna merogoh saku celana panjangnya, mengambil ponsel, setelah mengganti nomor lokal di bandara tadi, Anna belum mengirim kabar sama sekali kepada siapa pun, termasuk orang yang telah berjasa membawanya ke London.

Di daftar kontak, Anna mencari nama Selena. Anna mengirim sebaris kalimat yang mengabarkan kalau dirinya sudah berada di London. Setelah mengirim pesan yang sama kepada beberapa orang lain, Anna mendapatkan balasan dari Selena.

Bukan pesan singkat, melainkan sebuah panggilan. Anna menoleh sekitar, membaca situasi. Anna bukan tipe orang yang bisa berkomunikasi melalui ponsel di tempat umum. Namun, Anna juga bukan tipe orang yang menghiraukan panggilan, terutama dari orang yang telah membantunya.

Anna mengangkat panggilan, suaranya kecil menjawab sapaan Selena, terlalu kecil malah.

“Kamu sudah naik kereta? Kenapa tidak bilang sudah sampai saat di bandara? Aku bisa menjemputmu,” ujar Selena.

Nada suara di seberang sana tidak sedang memarahi Anna, lebih pada kata khawatir dari seorang kakak.

“Aku tidak mau merepotkanmu,” jawab Anna, suaranya hampir tenggelam oleh suara kebisingan di kereta bawah tanah.

“Tidak merepotkan sama sekali, Anna. Sekarang kamu menuju ke mana? Langsung ke kediamanmu?”

“Tidak. Aku mau pergi ke suatu tempat dahulu. Aku ingin melihatnya sebagai yang pertama aku lihat saat sampai di London.”

“Sepertinya aku tahu ke mana tujuanmu.”

Suara kekehan memenuhi telinga Anna.

“Baiklah-baiklah. Kalau kau perlu bantuan, jangan pernah berpikir itu akan merepotkanku. Kalau aku tidak bisa membantu, aku juga tidak akan memaksakan diri,” pesan Selena.

Anna mengangguk. “Iya. Terima kasih, Selena.”

Anna menutup panggilan yang diangkiri terlebih dahulu oleh orang yang menghubunginya. Anna tentu saja tahu diri untuk tidak mengganggu kakak tingkatnya saat di sekolah menengah atas itu. Anna sangat tahu kalau Selena akan senang membantunya. Anna hanya tidak mau sering-sering merepotkan wanita yang baru melahirkan itu.

Lihat selengkapnya