"Terima kasih," ucap Anna kepada seorang wanita yang menyerahkan kunci kamar padanya.
Anna berjalan lelah menuju kamarnya di lantai dua. Dalam kamar yang sudah dipesankan oleh Brian itu Anna segera melempar tubuhnya ke tempat tidur.
Di jalan menuju penginapannya tadi, Anna mendapati belasan panggilan tidak terjawab dari Brian. Anna memang mengatur ponselnya dalam keadaan 'diam'. Maka, saat sudah sampai di penginapan, Anna pun mengirim pesan, mengucapkan permintaan maafnya.
Tidak mau terlalu berharap pesannya akan dibalas oleh Brian, Anna mengambil posisi duduk, akan berdiri untuk mengeluarkan barang-barang dari ransel, tetapi layar ponselnya menyala.
Anna segera memeriksa ponsel, balasan dari Brian masuk ke kotak pesannya. Anna kembali merebahkan diri, berbalas pesan kepada Brian, menceritakan kegiatan jalan-jalannya, tanpa memasukkan sosok Chakan.
Anna menahan diri untuk tidak menceritakan pertemuannya dengan Chakan kepada orang lain. Anna ingin menikmati momen pertemuan ajaib itu seorang diri terlebih dahulu.
Anna saling mengirim dan membalas pesan dengan Brian, hanyut selama setengah jam dalam obrolan teks jarak jauh. Setelah saling mengirimkan ucapan 'goodnight', Anna tidak mau berpanjang cerita lagi, karena paham dengan jadwal kerja Brian besok pagi.
"Keputusan tepat, aku tidak akan menyesali keputusanku kali ini," gumam Anna, meletakkan ponsel di ranjang, menatap langit-langit kamar.
Keputusan Anna mengambil pekerjaan di luar negeri adalah sebuah pilihan yang berat. Keputusan itu membuatnya bangga sekarang, tidak harus menunggu 5 sampai 10 tahun kemudian. Menjadi editor di London adalah pekerjaan pertama Anna setelah memutuskan berhenti bekerja dari sebuah perusahaan besar dua tahun lalu.
Keputusan dua tahun lalu juga bukan keputusan sepele, Anna mengambil langkah yang membuat abang dan kakaknya terkejut. Berhenti bekerja, melakukan perjalanan solo di Eropa adalah hal yang sudah lama Anna rencanakan.
Keputusan itulah yang membawanya kepada Brian. Keputusan-keputusan yang diambil selalu menuntut sebuah pertanggungjawaban besar, juga sebuah kejutan.
Melihat foto-foto dari ponsel dan kamera milik Chakan ketika makan malam tiga jam lalu membuka kenangan indah Anna saat melakukan perjalanan solonya di empat negara di Eropa.
"Jadi ingin jalan-jalan juga. Kalau aku ajak Brian, dia mau tidak, ya? Biar aku ada teman di liburan akhir tahun nanti."
Membayangkan liburan bersama Brian membuat wajah Anna memerah, hangat oleh khayalan indah dalam kepalanya.
"Aku perlu cari info kapan jadwal libur akhir tahun, tapi nanti saja. Aku baru masuk kerja, he-he-he," kekeh Anna.
Anna mengakhiri kegiatan rebahannya di ranjang, mulai mengeluarkan barang-barang dari ransel. Anna mengamankan laptopnya terlebih dahulu.
"Aaa," seru Anna, tangannya refleks memukul pelan kepalanya.
"Kalau tadi aku minta kontak Chakan, mungkin aku bisa punya kesempatan untuk jalan-jalan dengan forogragrapher itu."
"Tunggu dulu, Anna. Kamu dan dia baru kenalan."