Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #2

Pesakitan

"Hah? Maksud lo?" Mata Aiko kembali membulat sempurna. Lalu, kedua tangannya mendorong bahu sang kakak hingga mereka saling berhadapan sebatas panjang lengan gadis belia berkaca mata ini.

Melihat Aiko melotot seperti itu, Brian ikut terperangah. Dia langsung mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan karena khawatir Aiko akan berpikiran yang tidak-tidak.

"Demi Tuhan, gue nggak pernah melakukan perbuatan itu!"

Aiko mengerutkan keningnya. Dia masih belum memahami situasi yang terjadi.

"Tunggu, tunggu! Maksud Kak Ian ... Iccha itu hamil, tapi bukan karena perbuatan lo, gitu?" 

Belum juga Brian menjawab, tiba-tiba ada notifikasi whatsapp masuk ke ponselnya. Dia pun merogoh saku celana, lalu mengeluarkan telpon pintarnya itu. Dirinya kembali tertegun begitu membaca deretan pesan dari perempuan yang baru saja menyandang status mantan kekasih.

Iccha:

[ Maaf, aku sebenernya pengin ngomong ini sejak lama, tapi kamu selalu sibuk."

[ Aku udah capek untuk bersabar nungguin kamu. ]

[ Lalu, dia datang menawarkan sesuatu yang selama ini tidak bisa kamu penuhi buat aku, waktu dan perhatian. ]

[ Benteng pertahananku jebol, aku kalah. ]

[ Sepertinya, cerita kita harus berakhir sampai di sini aja, maaf .... ]

[ Bulan depan aku akan menikah dengan Mas Aldo. ]

Aiko yang melihat kakaknya kembali membeku, langsung merebut ponsel tersebut. Dia pun membelalakan mata setelah ikut membaca isi pesannya. Kini, helaaan napasnya terdengar kasar, gerakan dadanya naik turun dengan cepat. Sebelah tangannya terkepal kuat, bersamaan dengan suara gemeretak gigi karena rahang atas dan bawahnya mengatup kuat.

"Nggak waras emang, dasar cewek nggak tahu terima kasih! Seenak jidatnya aja dia berbuat," cercanya tak mampu lagi dia tahan.

Mata sembab Brian menatap Aiko dengan helaan napas yang dalam. "Ai, untuk sementara, lo jangan dulu kasih tahu Ibu soal ini, ya." Brian berucap dengan wajah memelas. "Gue cuma takut entar Ibu jadi kepikiran, terus darah tingginya kambuh lagi."

Aiko mendelik pada kakaknya seraya menarik napas kasar dengan bibir terkatup rapat. "Oke, tapi lo harus janji! Akan segera selesaikan masalah ini."

Lihat selengkapnya