Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #4

Cewek Freak

Aiko curiga dengan pesan yang baru saja diterima kakaknya. Dia pun tanpa permisi merebut ponsel itu dari genggaman tangan Brian. Begitu membacanya, dia kembali naik pitam.

"Emang sakit, nih, cewek. Keknya udah putus juga urat malunya," gerutu Aiko sembari mendelik pada kakaknya. "Kak, awas aja kalau lo masih turutin permintaannya ini! Gue bakalan laporin ke Ibu sekarang juga!" 

Aiko memberikan ancaman serius pada sang kakak. Dia tidak ingin memberikan peluang sedikit pun pada perempuan itu untuk memanfaatkan kebaikan Brian, lagi dan lagi.

"Ayo, Kak, kita pulang aja!" Aiko menarik lengan Brian untuk bangkit dari duduknya. "Mas Bian makasih banyak atas semua bantuannya. Sampai berjumpa kembali, salam juga buat Raina, ya."

Biantara mengerutkan kening saat Aiko menyebut nama gadis pujaannya itu.

"Lo kenal Rania?" tanyanya dengan wajah yang merona. Dia tidak bisa menyembunyikan suasana hatinya tiap kali mendengar nama itu terngiang di telinga. 

"Iya, gue juga baru ngeh belum lama ini, ternyata kita satu angkatan pas kuliah dulu," jawab Aiko. "Pamit, ya Mas."

Aiko setengah menyeret kakaknya keluar dari kafe tersebut. Biantara hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kakak beradik ini sembari mesem-mesem. Ada perasaan iri karena dirinya tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu. Beginilah nasib yang harus dia terima karena terlahir sebagai anak tunggal.

"Mana kunci mobil? Biar gue aja yang nyetir." Aiko menengadahkan tangannya saat tiba di parkiran.

Brian langsung menyerahkan kunci mobilnya tanpa banyak protes. Keduanya pun berlalu meninggalkan Dream Bean Kafe. Sepanjang perjalanan tidak ada kata yang terucap di antara mereka. Sesekali, Aiko—yang fokus di balik kemudi—melirik kakaknya yang saat itu terlihat memandang ke luar jendela dengan tatapan mata kosong.

Rupanya pikiran Brian sedang berkelana ke peristiwa 6 tahun lalu, saat pertama kalinya dia berjumpa dengan seorang gadis berkulit hitam manis yang berhasil mencuri perhatiannya sejak pandangan pertama.

Siang itu, Brian datang menghadiri undangan pada sebuah acara rutin di awal semester yang bertujuan untuk memberikan motivasi pada adik-adik kelasnya agar lebih bersemangat menggapai kampus-kampus impian mereka. Dia hadir sebagai salah satu alumni dari SMA Negeri di kawasan Cipinang, Jakarta Timur.

Kehadiran Brian saat itu, cukup menarik perhatian murid-murid di sana. Pasalnya, meskipun umur mereka terpaut beberapa tahun, tapi penampilan lelaki ini terlihat lebih muda dari usianya.

"Halo semua, perkenalkan gue Brian Yasuhiro Dewandra. Gue lulus SMA tahun 2012 dan sekarang, alhamdulillah udah kelar juga kuliahnya. Kabar baiknya lagi, kemarin sore lamaran kerja gue diterima."

Tepukan riuh beserta sorak-sorai dan siulan saling bersahutan menggema di seluruh ruangan. Bukan hanya keberhasilan Brian menyelesaikan studi tepat waktu—dan langsung bisa bekerja sesuai harapan—yang mencuri perhatian, tapi juga karena pembawaannya terlihat tenang, cara bicaranya pun tertata dengan baik. 

Selain itu, wajahnya pun menjadi sasaran para siswi di sana untuk memanfaatkan fungsi kamera belakang di ponselnya masing-masing. Meskipun dia tidak menceritakan secara langsung, tapi dari namanya saja sudah cukup mewakili dugaan sebagian orang kalau Brian ini memiliki darah Jepang dalam dirinya.

"Kak Brian kuliah jurusan apa?" teriak salah satu siswi.

Brian tersenyum melihat antusias adik-adik kelasnya ini.

"Gue ambil MICE, kampusnya juga nggak jauh dari sini ...."

"MICE itu apa, Kak?" Seorang siswa yang duduk di deretan kedua depan panggung memotong pembicaraan Brian.

"Meeting, Incentive, Convention and Exhibition. MICE ini merupakan bidang yang mengatur berbagai jenis pertemuan khususnya dalam skala besar seperti even, konferensi, pameran, dan lain sebagainya. Intinya, kita itu belajar tentang bagaimana memproduksi sebuah even. Mulai dari tahap perencanaan, bidding, sponsor, logistik, pemilihan akomodasi, pembuatan layout, proses registrasi, dan masih banyak lagi yang berkaitan dengan pelaksanaan even."

"Oh, kampusnya di Depok, ya Kak?" celetuk yang lain.

Lihat selengkapnya