Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #11

Mata Hazel

"Pak Bri, sepertinya Mr. Ahmed sudah datang." Rafa mencolek bahu Brian yang masih terpaku pada tulisan di dinding.

"Oh ... iya." Dengan wajah sedikit terkejut dia menoleh ke arah luar. 

Benar saja, Mr. Ahmed datang bersama seorang wanita yang usia keduanya mungkin selisih beberapa tahun. Dia tampil mengenakan gaun panjang berwarna hitam dengan model wrap dress berlengan pendek. Sebuah desain yang mana, bagian dadanya memiliki penutup depan sehingga membungkus satu sisi lainnya dengan ikatan di samping.

Gaunnya berbahan jacquard georgette, sejenis kain krep berpola tenun tradisional dari serat sutra murni yang tampak rapat, tetapi tetap tipis. Kain ini memungkinkan udara bersirkulasi sehingga saat memakainya tetap terasa sejuk dan nyaman, meskipun di musim panas seperti sekarang.

"Ayo, Fa ... kita keluar." Brian berjalan keluar ruangan tersebut diikuti Rafa.

"Oh, halo, Andra, mohon maaf kami terlambat." Mr. Ahmed kembali menyapa terlebih dahulu dan kali ini memanggil Brian tanpa tambahan kata "Pak", mungkin karena di luar konteks pekerjaan, jadi lebih santai.

"Nggak apa-apa Tuan, ini memang kami saja yang datangnya terlalu awal." 

Mr. Ahmed tersenyum. "Oh, iya, kenalkan ini istri saya, Rosanne." 

Wanita berhidung mancung dengan tulang pipi tinggi di sebelahnya ini tersenyum. "Halo, senang berjumpa dengan Anda."

Brian menerima uluran tangan wanita itu sambil mengenalkan diri. Kemudian, bergantian dengan Rafa.

"Sebentar, ya, masih ada satu orang lagi yang sedang kita tunggu. Ayo, kita masuk dulu dan duduk di sana." Tunjuk Mr. Ahmed pada kursi yang berada di dalam ruangan tertutup, tempat Brian dan Rafa membaca quote tadi.

Dua set meja kursi tersedia di sana. Mustafa mengajak Rafa terlebih dahulu untuk duduk di meja dengan jumlah kursinya 2. Sedangkan, Brian bersama Mr. Ahmed dan istrinya duduk di meja berkursi 4. 

Posisi Mr. Ahmed saling berhadapan dengan Rosanne, sementara Brian berada di samping lelaki Turki ini. Tak berselang lama, terdengar langkah seseorang memasuki kapal. 

Ms. Rosanne terlihat antusias. Dia langsung bangkit dari duduknya dan keluar ruangan untuk menyambut tamu yang baru datang dengan senyum lebar. Karena pintunya terbuat dari kaca, jadi yang di dalam ruangan pun tetap bisa melihat siapa yang datang.

"Halo, Sayang," sapanya hangat. Keduanya saling berpelukan. Kemudian, Ms. Rosanne menggandengnya memasuki ruangan. 

Brian dan Rafa tidak pernah menyangka kalau tamu yang mereka tunggu itu seorang gadis muda berjilbab. Jantung Brian tiba-tiba berdetak lebih cepat begitu perempuan itu masuk dan secara tak sengaja mata keduanya saling bertatapan.

Keempat lelaki yang tadi duduk itu serempak berdiri menyambut kedatangannya. 

"Perkenalkan, ini Ezmei, anak sahabat baik saya yang nyaris 20 tahunan baru bisa bertemu lagi. Saya sangat bahagia bisa berjumpa dengannya." Ms. Rosanne mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca. Dia menoleh, lalu tersenyum ke arahnya dengan sebelah tangan merangkul pundak gadis tersebut.

Nama Esme dalam bahasa Indonesia, menurut wikipedia pengucapannya itu Èmei atau Ēzmei atau Èzmi.

"Terima kasih." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut gadis berjilbab ini.

Dia juga tidak menyalami keempat laki-laki yang ada di sana seperti ketika Ms. Rosanne datang. Mr. Ahmed mewakili para lelaki itu memperkenalkan mereka satu persatu. Kemudian, semuanya duduk kembali. Kini, gadis itu berada tepat di hadapan Brian.

Wow, boleh juga nih, cewek. Brian berbicara dalam hati. Dia jadi teringat pada sosok adiknya yang juga berubah banyak sejak kuliah di sebuah institut negeri ternama di Bandung.

Brian berniat ingin memindai gadis itu secara terperinci, tapi pelayan yang akan menyajikan makanan keburu datang. Dia terpaksa menunda keinginannya itu. Namun, saat acara makan berlangsung, sesekali lelaki ini mencuri pandang padanya.

Caranya berbicara sangat jelas menunjukkan siapa gadis ini. Dia selalu antusias dengan topik pembicaraan yang sedang mereka bahas.

Waktu menunjukkan pukul 20:30, itu artinya tinggal 10 menit lagi matahari akan terbenam. Semua orang keluar karena ini saat yang tepat untuk menikmati keindahan selat Bosporus di kala senja. 

"Fa, kita ke depan sana, yuk!" Brian mengajak asistennya itu ke bagian depan kapal. 

"Yah, Pak, masa ngajak saya? Entar diprotes sama penonton film 'Titanic' kalau pemeran Rose-nya diganti," kelakarnya sambil senyum-senyum. "Kan, ada yang lebih cocok dibandingkan saya." Rafa menggerak-gerakkan alis matanya.

Kedua alis Brian bertaut memikirkan ucapan Rafa. Lalu, dia tersenyum miring. "Dasar kamu, bilang aja nggak mau."

Lihat selengkapnya