Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #17

Empati

Brian bangkit dari duduknya, lalu berjalan cepat keluar dari ruangan.

"Fa, saya mau ke B & A Studio Design dulu, ya!" Brian pergi tanpa menunggu respon dari Rafa.

Pemuda itu hanya bisa mengerutkan dahi. Rasanya hari ini tidak ada janji ke kantor tersebut, tapi kenapa tiba-tiba sang atasan malah pergi ke sana dengan rahang mengeras seperti itu. 

Semoga tidak ada yang serius. Rafa membatin.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit, Brian sudah tiba di perusahaan Biantara yang berda di kawasan pusat bisnis Sudirman, Jakarta Pusat pada pukul 11:45.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya petugas resepsionis saat Brian datang menghampiri.

"Pak Biantara, ada?" 

"Oh, Bapak sudah ada janji temu?" 

"Belum, sih. Tapi, coba tolong dihubungi, apakah beliau bersedia menerima saya?" 

"Baik, dengan Bapak siapa, ya?" tanyanya lagi masih dengan sikap ramah. 

"Brian ...."

Petugas itu sedikit terpaku. "Maaf, dengan siapa, Pak? Bian?" Dia mengulang untuk memastikan.

Brian tersenyum. "Brian, Mbak ... pakai 'R', bukan Bian."

"Oh, iya, maaf-maaf." Petugas itu segera menghubungi pimpinan perusahaan tersebut.

Lelaki ini berdiri membelakangi meja lobi. Badannya bersandar dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Dia menyapukan pandangan ke sekitar lobi. Meskipun dulu, pernah mencarikan tempat kerja untuk Iccha, tapi dia baru kali ini masuk ke kantornya. 

Suasana mulai sedikit ramai karena mungkin sebentar lagi jam makan siang. Beberapa karyawan yang lewat saling berbisik. 

"Siapa, tuh? Calon pengganti Pak Alvin?" 

"Bisa jadi. Lihat aja, tampang mereka masih satu spesies," celetuk yang lain.

"Hah, maksud lo, spesies apaan?" 

"Spesies tamfan ...."

Mereka cekikikan. Brian yang mendengar itu ikut menahan tawa sambil melihat ke arah karyawan itu.

"Beuh, dia lihat ke sini!" pekik tertahan salah satu dari mereka. "Nggak kuat, Maak!"

Padahal saat itu, tampilan Brian agak berantakan. Dia memakai celana bahan berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja berwarna abu-abu yang potongannya pas di badan. Bagian leangannya digulung memakai metode "The Casual", salah satu cara menggulung kemeja yang tidak rapi-rapi amat, tapi tetap keren. Metode yang mengawali gulungannya dengan lipatan panjang, cukup dua atau tiga kali saja.

"Ian!" 

Tanpa disadarinya, Biantara sudah berada di samping. "Oh, hei!" Brian menegakkan tubuhnya, lalu keduanya saling berjabat tangan.

"Kok, lo nggak ngomong dulu mau dateng?" tanya Biantara.

"Iya, nih, sorry ... tiba-tiba aja pengin ke sini," jawabnya.

"Gimana kalau gue nggak ada di tempat?" 

"Berarti, ini hari keberuntungan gue dong." Brian menanggapi dengan alis sebelah kanannya terangkat.

"Biantara hanya tersenyum. "Ya, udah, ayo ... langsung ke ruangan gue aja!" Dia berjalan mendahului Brian menuju lift yang jaraknya tak jauh dari meja lobi.

"Siapa tuh, Bos? Calon pengganti yang baru?" Beberapa karyawan yang berpapasan kembali berkomentar hal yang sama, seperti orang-orang di lobi tadi.

Lihat selengkapnya