Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #21

Menyatakan Cinta

Brisa tersenyum melihat reaksi Aiko. Ini juga yang dia lakukan ketika dulu, pertama kali belajar lebih dalam tentang sejarah batik. Dirinya langsung terkagum-kagum dengan kecantikan dan juga nilai filosofis dari setiap motif yang ditampilkan.

"Coba kamu jelasin lebih detail maksud batik mewakili perasaan itu seperti apa?" pinta Brian seraya menatap gadis itu sekilas. Lalu perhatiannya teralihkan pada sang adik yang duduk di depannya.

"Awalnya, aku juga nggak ngeh kalau batik bisa memiliki makna sedalam itu. Kupikir, yang penting lucu, suka, ya udah, pakai aja. Padahal, ternyata setiap motif batik itu dibuat dengan latar belakang yang berbeda-beda." Brisa mulai menjelaskan sembari matanya tak lepas memperhatikan interaksi kakak beradik di hadapannya..

Saat itu, bolu gulung yang ada di piring Aiko sudah habis. Kemudian, gadis itu melihat kalau di depan kakaknya masih ada beberapa potong yang masih utuh. Dia melirik sang kakak, seakan meminta izin untuk mengambilnya. Cukup dengan seulas senyum, kedipan mata serta sedikit anggukan kepala, Brian memberikan izinnya. 

Aiko langsung mengulurkan tangan untuk meraih potongan bolu gulung tersebut, melewati kopi milik Brian. Tanpa dia sadari, ujung lengan bajunya nyaris tercelup ke dalam cangkir. Dengan refleks tangan sang kakak menarik sedikit ujung lengan baju adiknya itu. 

Gadis itu melihat ke arah Brian. "He, makasih," ujarnya sambil nyengir. "Enak!" imbuhnya manja sesaat sebelum menyuap potongan bolu gulung ke dalam mulutnya.

Brian hanya senyum-senyum melihat tingkah adik semata wayangnya ini. Dia tahu persis memang Aiko sangat menyukai bolu gulung sebagai camilan andalan di kafe tersebut. Lelaki itu memindahkan piring yang berisi beberapa potong bolu di depannya ke hadapan sang adik kesayangan. "Buat kamu aja," ucapnya dengan senyum yang sangat menawan di mata Brisa.

"Contohnya, apa?" tanya Brian di sela-sela kesibukannya memperhatikan sang adik. Rupanya dia tetap menyimak dengan baik ucapan Brisa meskipun perhatiannya terbagi pada Aiko.

"Contohnya, motif slobog yang dalam bahasa Jawa artinya itu longgar. Motif ini dibuat untuk melambangkan duka cita. Kata 'Longgar' di sini maksudnya sebagai doa agar arwah yang meninggal itu diberi kelonggaran dan ampunan, serta dilapangkan kuburnya." Brisa menuturkan uraiannya. "Masyaallah, keren, kan?" tanyanya meminta pendapat Aiko yang tengah terpukau mendengar penjelasan tersebut.

"Iya, keren banget dan itu juga doa yang sering kita ucapkan saat mendengar kabar seseorang meninggal dunia, kan?" tanggap Aiko sambil menganggukkan kepalanya.

"Nah, desain motif slobog ini berupa bentuk geometris segitiga yang biasanya berwarna hitam putih. Warna dasar dari batik ini seringnya hitam atau coklat dengan pewarna alami yang sering disebut soga." Brisa melanjutkan uraiannya. Kemudian, dia membuka ponselnya dan menunjukkan contoh motif slobok tersebut.

"Jadi jangan sampai kamu pergi kondangan pakai batik motif slobog ini," lontar Brisa.

"Hahaha, bener-bener. Nggak cuma salah kostum, bisa-bisa malah kena hujat netizen," timpal Aiko. "Eh, tapi ini sesuatu yang penting tahu. Batik kan, udah jadi kekayaan budaya yang diakui dunia. Masa, kita sebagai warga negara Indonesianya malah minim pengetahuan tentang ini," imbuhnya.

"Maka dari itu, kita bisa mulai lewat project ini, sedikit demi sedikit mengenalkannya." Brisa kembali menimpali.

Brian manggut-manggut tanda setuju. "Selain slogan, ada nggak, motif yang menunjukkan perasaan lain, misal sedang jatuh cinta, gitu?" tanyanya tiba-tiba. 

Aiko langsung menoleh pada kakaknya sambil memicingkan mata. Kenapa, nih Abang gue? Tumben-tumbenan straight to the point gini? batinnya.

"Motif tentang cinta ada beberapa. Salah satunya batik truntum yang terlahir dari kecemburuan dan kerinduan seorang permaisuri, yaitu Ratu Kencono pada sang raja, Sunan Pakubawana III Surakarta Hadiningrat di Kesultanan Surakarta karena suaminya itu punya selir baru," hawab Brisa.

"Wuih, dalem banget tuh ... antara rindu dan cemburu. Udah kayak judul puisi aja," celetuk Aiko.

"Tapi, itu juga salah satu cara untuk menunjukkan rasa cinta, kan?" Brian ikut menimpali.

"Iya, bener. Itu terjadi karena rasa cinta yang besar dari permaisuri buat sang raja. Truntum termasuk dalam kategori batik klasik yang memiliki arti, kembali bermekaran, tumbuh, atau berkembang," imbuhnya.

Aiko dan Brian menggangguk-anggukkan kepala. "Itu baru salah satu, kalau salah duanya?" canda Aiko.

Gadis bermata hazel ini tersenyum. "Ada satu motif lain yang aku paling suka di antara beberapa motif tentang cinta," ungkap Brisa. Kemudian, dia kembali menujukan sebuah motif batik yang lainnya.

Aiko mendekatkan kepalanya ke samping Brisa. Sementara, Brian agak mencondongkan badannya ke depan untuk melihat tampilan foto motif batik tersebut di layar ponsel gadis pujaannya itu.

"Namanya, batik madu bronto. Motif ini mewakili rasa madu yang manis dan bronto itu maknanya bertarung. Sebuah pertarungan yang manis. Cocok untuk menggambarkan orang yang sedang kasmaran atau jatuh cinta." Brisa kembali memberikan penjelasan.

Aiko langsung mesem-mesem sambil melirik sang kakak. Lelaki itu membalas tatapan adiknya sembari mengangkat sebelah alisnya. Sementara Brisa tidak menyadari situasi tersebut.

Lihat selengkapnya