Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #38

NPD

"Mas antar aku ketemu keluarga papaku di Paris," jawab Brisa.

Mata Brian terbelalak. "Jadi sekarang, kamu udah tahu di mana keluarga papamu?"

"Panjang ceritanya. Mas inget pertemuan kita di Istanbul untuk pertama kalinya?" tanya Brisa yang dijawab anggukan oleh Brian.

"Jadi, majikannya Bu Latifah di Qatar itu seorang pengusaha yang mengelola hotel milik perusahaan Perancis. Suatu hari, majikannya ini kedatangan teman baik dari Turki dan orang itu Mr. Ahmed," ungkap Brisa sambil menoleh ke samping.

"Oke, lalu?" tanya Brian.

"Pas mereka datang ke rumah majikannya, Bu Latifah merasa pernah ketemu. Setelah ngobrol-ngobrol, ternyata emang bener, Mr. Ahmed sama Ms. Rossane itu temen papaku. Dari situlah awalnya aku pergi ke Istanbul, untuk menemui mereka dan mencari tahu tentang keluarga Papa."

"Masyaallah, rencana Allah memang yang terbaik. Awalnya untuk mencari tahu tentang keluarga papamu, tapi kemudian Allah tambahkan jalan pertemuanmu dengan Ian," tutur Bu Indira dengan senyum lebar.

"Iya, Bu ... ini tuh, kenikmatan yang luar biasa Allah kasih buat aku," ungkap Brisa penuh syukur.

"Jadi kapan rencana perginya?" tanya Bu Indira lagi.

"Secepatnya, setelah aku benar-benar pulih," jawab Brisa. "Bisa, kan, Mas?"

"Bisa dong, kan aku sekarang nggak ke mana-mana," jawbanya sambil terkekeh.

"Eh, Kak ngomongin soal nggak ke mana-mana, gue jadi penasaran. Kenapa lo pilih mengundurkan diri? Padahal, kalau lanjut pun lo masih bisa kerja di sana. Malahan gue denger dari Mas Rafa, katanya lo mau dipromosiin jadi salah satu dirut anak perusahaan?" tanya Aiko penuh selidik.

"Nggak apa-apa, pengin aja. Biar gue bisa nemenin Brisa terus," jawab Brian sambil merangkul istrinya dari samping.

"Nggak sayang lewatin kesempatan ini, Ian?" tanya Bu Indira.

Mendengar pertanyaan itu membuat Brisa sedikit gelisah, merasa tak enak hati pada keluarga suaminya.

"Iya, Kak ... apalagi Iccha udah dipenjara sekarang. Kalian aman dari gangguan cewek sakit itu!" Aiko ikut-ikutan menimpali.

"Insyaallah nggak, Bu ... aku udah obrolin masalah ini sama Biantara jauh sebelum kecelakaan Brisa terjadi. So, ini bukan keputusan dadakan," ungkap Brian menegaskan keputusannya.

"Tunggu, Mas! Tadi Aiko bilang apa? Iccha dipenjara?" tanya Brisa dengan wajah tekejut.

Brian, Aiko, dan Bu Indira ikut kaget. Mereka baru menyadari bahwa informasi tentang kecelakaan itu belum lengkap disampaikan pada Brisa. Akhirnya, Brian pun menceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya, termasuk masalah Aina yang dikirim ke kampung halaman Iccha dan diasuh oleh keluarganya di sana.

"Ya, Allah ... sedih banget dengernya. Mas, bisa nggak kalau gugatan terhadap Iccha kita cabut?" tanya Brisa yang berhasil membuat Aiko dan Brian melotot.

"Apa? Nggak salah, Bee?" tanya Brian sedikit meninggikan suara. "Kamu nggak lagi bercanda, kan?"

"Nggaklah, Mas ... masa bercanda," sahut Brisa.

Brian melepaskan pelukan pada sang istri. Dia langsung memalingkan muka dan sedikit menegakkan tubuhnya dengan rahang yang mengeras. 

"Iccha itu udah keterlaluan! Nggak bisa dimaafkan begitu aja. Dia harus dikasih pelajaran!" sergah Brian seraya kembali menatap sang istri dengan sorot mata penuh amarah.

 "Iya, aku tahu, tapi kan, akunya juga udah baik-baik aja." Brisa berbicara semanis mungkin agar emosi Brian reda, tapi ternyata reaksinya tak terduga.

Lelaki itu berdiri masih dengan tatapan tajam pada istrinya. "Kamu nggak pernah tahu rasanya berada di posisi aku!" Brian pergi meninggalkan ruangan tanpa menoleh lagi pada istrinya.

Brisa hanya bengong melihat sikap suaminya itu. Kemudian, Bu Indira pindah duduknya ke sebelah sang menantu.

"Sayang, maafkan sikap Ian, ya. Dia bukan marah sama kamu, tapi nggak siap harus mengingat lagi sakit yang dia rasakan saat peristiwa itu terjadi," ucap Bu Indira menghibur sang menantu.

Lihat selengkapnya