Forget Me Not

Reni Haerani Supriadi
Chapter #39

Sinta Sejati

Setelah pembicaraan mereka yang terakhir, Brian pun menuruti permintaan sang istri. Melalui pengacaranya, dia mencabut gugatan hukum terhadap Iccha. Ternyata benar dugaan Brisa bahwa perempuan muda beranak satu itu memang sangat membutuhkan pertolongan psikologis. Brisa bahkan membantu mencarikan psikiater untuk perawatannya. 

Secara perlahan Iccha mulai menunjukkan perubahan. Dia pun berani datang ke kediaman Bu Indira untuk meminta maaf, meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan Brian.

"Aku maafin dia, tapi untuk ketemu langsung ... sorry, aku nggak mau," ujarnya kala Brisa menyampaikan keinginan Iccha tersebut.

Dari cerita Iccha ketika datang ke rumah tersebut, mereka pun akhirnya tahu bahwa orang yang mengajaknya kerja sama untuk mencelakai Brisa itu mantan suaminya sendiri. Rasa sakit hati Aldo pada Brian berawal dari saat duiu, lamaran kerjanya untuk jadi pramugara ditolak.  

Malam itu, Brisa melanjutkan cerita tentang Aldo sambil bersantai di atas kasur. Dia tengkurep dengan kedua siku menahan tubuhnya hingga sedkit terangkat ke atas. Sementara Brian tidur terlentang di sampingnya dengan pose andalan. Kedua tangan dilipat ke belakang untuk dijadikannya alas kepala, sehingga posisinya di atas bantal bisa lebih terangkat.

"Kenapa dia harus sakit hati sama aku, Yang?" tanya Brian.

"Saat itu, Mas Aldo lagi butuh banget kerjaan untuk biaya pengobatan pacarnya. Eh, ternyata ditolak karena kedatangan Mas Ian," jawab Brisa.

"Eh, tapi itu bukan salah aku dong. Kan, nggak ada larangan untuk ikut melamar juga," cetus Brian membela diri.

"Ya, emang ... tapi namanya lagi gelap mata, nggak punya solusi selain nyalahin orang lain. Yang bikin dia marah itu karena pada awalnya cuma ada satu pelamar cowok dan dia punya peluang untuk diterima. Eh, tiba-tiba Mas datang dan posisi dia tergeser karena Mas Ian yang terpilih." Brisa mengulangi apa yang disampaikan Iccha. "Mas Aldo semakin marah ketika pacarannya meninggal. Sejak itu, dia bertekad untuk membuat Mas merasakan juga sakitnya kehilangan orang yang dicintai."

"Berarti dulu, Aldo emang sengaja deketin Iccha, ya?" tanya Brian.

"Yups, dan saat tahu Mas Ian ternyata menemukan kebahagiaan baru, dia pun berambisi untuk kembali membuat kamu menderita. Caranya dengan membujuk Iccha melakukan kejahatan yang kemarin itu."

"Pantesan Aldo nggak peduli sama Aina karena dari awal, dia emang nggak bener-bener cinta sama Iccha."

"Meskipun nggak cinta, tapi Mas Aldo tetep nggak rela kalau Iccha balikan sama kamu. Makanya dia marah besar pas tahu Mas Ian bantuin Iccha. Karena pikirnya, kalian ada kemungkinan bakal balikan lagi. Tapi begitu denger Mas Ian nikah, barulah dia berubah pikiran dan mulai merencanakan siasat baru."

"Dengan cara memanfaatkan Iccha yang saat itu cemburu sama kamu, gitu, ya?" Brian menyimpulkan.

Brisa mengangguk. "Tepat sekali," 

"Kalau gini, harusnya yang dipenjara itu Aldo," lontar Brian dengan sorot mata tajam. 

"Sayangnya nggak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan keterlibatan dia pada kasus Iccha kemarin," ungkap Brisa. "Kata Iccha, Mas Aldo langsung menghilangkan sejak dia terkena proses hukum."

"Dasar pengecut!" maki Brian. Dia pun terlihat mengeraskan rahangnya.

"Semoga di mana pun itu, Mas Aldo bisa menemukan kebahagiaannya," ucap Brisa yang dibalas pelototan dari Brian.

Lihat selengkapnya