Setiap Weekend, Cassidy selalu menyisikan waktunya untuk nge-gym. Meskipun dia sibuk dengan pekerjaannya, tetapi Cassidy tidak pernah melewatkan waktunya untuk nge-gym. Tubuhnya bisa dikatakan cukup proporsional. Cass memiliki tinggi yang bisa dikatakan sesuai dengan tinggi kriteria para model model. 168 cm. Lumayan tinggi dibandingkan dengan teman-teman wanitanya yang lain. Ia bahkan pernah ditawari untuk menjadi seorang model. Dia juga pernah mencoba mengikuti sebuah casting dan audisi model sewaktu dia masih duduk di bangku kuliah dulu. Dia yang dulu suka mencoba-coba dan penasaran dengan hal-hal baru, setelah mempertimbangkan usulan dari teman-temannya, ia pun mencoba mengikuti audisi model yang diadakan oleh salah satu agensi model yang ada di Jakarta. Tapi sayang, bakatnya ternyata bukan di situ. Dia gagal.
Selain itu, Cassidy juga memiliki curves atau lekukan tubuh di tempat-tempat yang banyak diinginkan oleh para kaum wanita. Itu semua karena berkat dia yang rajin nge-gym. Cassidy merupakan wanita yang attractive dan dia tau itu. Setiap kali dia dan Karin berbelanja atau sekedar berjalan di mall, ia bisa merasakan dan melihat para pria mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua. Cass dan Karin bisa dikatakan sangat berbeda dalam hal fashion dan style.
Karina biasanya lebih memilih memakai dress, heels dan make up yang casual. Sedangkan dirinya, dia lebih memilih memakai skinny jeans, kemeja atau T-shirt serta loafer atau sneakers dengan bedak dan lip gloss saja. Ya, dia bergaya seperti wanita tomboy kalau sedang berada di luar kantor. Tapi, dia juga bisa berubah feminim sesuai dengan tempat keadaan dan suasana hatinya.
Setelah dua jam nge-gym, Cassidy yang masih berkeringat, kembali ke apartemennya. Tempat gym Cassidy cukup dekat dengan apartemennya. Hanya 8 menit jika mengendarai mobil. Sesampainya di apartemen, Cass langsung bersiap-siap untuk ke acara welcoming party rekan kerja Karin atau sepupu Adrian. Dia masuk ke dalam kamar mandinya dan mulai membersihkan tubuhnya itu.
Setengah jam kemudian, Cassidy keluar dengan memakai handuk kimononya. Dia kemudian duduk di depan kaca rias, mengambil hair dryer yang ada di laci, menyalakannya dan mulai mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Setelah mengeringkan rambutnya, ia mengamabil curling iron atau alat pengeriting rambutnya dan mulai menata rambutnya sesuai seleranya.
Terakhir, dia pun memoleskan wajahnya dengan sentuhan make up sewajarnya.
Puas dengan penampilannya, Cassidy pun mengambil dress yang akan ia kenakan ke pesta di dalam lemarinya.
Dia memilih long black dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan belahan di samping dan high heels hitam serta clutch bag berwarna silver.
Dia memperhatikan dirinya di cermin. Sempurna. Cassidy tersenyum puas dengan apa yang ia lihat. Baru saja Cass akan menelpon Adrian, bel apartementnya sudah terlebih dulu berbunyi.
Ting.. tong.. ting.. tong.. ting.. tong..
"Pasti Adrian." gumamnya.
Sebelum ia membukakan pintu untuk Adrian, Cass melihat penampilannya di cermin sekali lagi. Dia ingin memastikan lagi tak ada yang salah atau kurang dengan penampilannya. Setelah puas, Cassidy pun melenggang keluar kamar, dan membuka pintu apartemennya untuk Adrian.
Yup, dugaannya benar sekali. Di depan pintu apartemennya, kini telah berdiri The Devil himself. And he wore armani suit. Cass sudah tau kalau Adrian itu tampan. Tapi dia tak menduga bahwa Adrian bisa terlihat lebih tampan lagi dengan memakai suit armaninya.
"Wah, Cass... Aku gak nyangka kalo bisa bisa secantik ini. " ujar Adrian dengan senyuman khas-nya.