Forgetting her

SZA
Chapter #2

Awal dan Kamu

Kiky Anandita

Katanya hujan membawa kenangan. Membuat kita merindukan dan menangisi masa lalu. Mungkin memang kadang alam berbalik arah memainkan peran. Hujan mungkin bisa memudarkan cat di jalan atau bahkan merapuhkan batu. Tetapi hujan tak pernah bisa menghapus dia.

🍃

Awal pagi hari ini terasa berbeda. Aku malas untuk bangun dari kasur tercintaku ini. Tapi hari ini aku ada kelas pagi, dan karena dosen yang merepotkan itu aku tidak bisa melewatkan kelasnya. Bisa-bisa aku dihantui teror sindiran tajam di kelas. Akhirnya setelah mengumpulkan niat dan tenaga selama hampir sepuluh menit, aku memutuskan untuk beranjak dari kasur. Ya, apa boleh buat. Terkadang keadaan dapat memaksakan keinginanmu.

Langit mendung, cuaca sedang tidak bersahabat. Dalam perjalanan tadi aku hanya berharap hujan tidak turun sebelum aku sampai di kampus. Dan benar saja, baru aku memakirkan sepedaku hujan langsung turun dengan deras. Alam memang suka memberi kejutan, tapi tandanya akan selalu ada. Hanya saja terkadang kita tidak mampu menyadarinya.

Lahan parkir di kampusku memang ada atapnya tetapi jalan untuk menuju kelasku hanya ada pohon-pohon besar, terlebih lagi aku tidak membawa payung jika aku nekat berjalan ke sana tetap saja aku akan kebasahan. Kesialan memang tetap menjadi langgananku, banyak yang bilang aku ini ceroboh.

Aku terus memandangi jalanan yang dibahasi air hujan di depanku. Setelah sekian detik tiba-tiba muncul seseorang dengan payung hitam berjalan di depanku. Aku harus memanfatkan kesempatan ini untuk menumpang di payung orang itu untuk menuju kelas.

“Tunggu!!” teriakku.

Aku berteriak sekeras mungkin untuk menarik perhatian orang tadi. Benar saja dia langsung berhenti dan menoleh kearahku dengan wajah terkejutnya. Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Aku langsung berlari kearahnya dengan kecepatan luar biasa untuk menghindari hujan.

“Boleh aku ikut?” tanyaku, “soalnya aku tidak bawa payung.”

Aku memperlihatkan senyum terbaikku mengharapkan belas kasihannya. Wah ini dia, aku seperti menemukannya. Mata cokelat dengan tatapan yang memberikan ketenangan. Saat mata kami saling bertatapan aku merasakan ketenangan, seperti tiba-tiba saja hujan berhenti dan segalanya jadi sunyi. Sepertinya aku sudah tak berada di dunia lagi. Dia hanya diam menatapku lekat.

“Oh.. oke. Tapi kamu siapa ya? Apa kita kenal sebelumnya?” tanyanya bingung.

 Oh, dia tak mengenaliku. Tentu saja ini kan semester baru jadi mungkin dulu kita tak pernah sekelas.

“Ah... aku rasa kita baru pertama kali bertemu, maaf ya sebelumya. Aku takut telat ke kelas, kamu tau kan kelas dosen Bu Rina itu sangat menyusahkan dan ketat aturan.”

“Kebetulan aku juga dikelas itu sih. Yaudah ayo!”

Bau hujan dan tetesan airnya. Mungkin bisa membawa ketengan untukku tetapi nyatanya kehadiran dirinya saat itu yang aku rasa paling mampu memberikan ketenangan seperti aku tidak berada lagi di dunia fana ini. Sejenak waktu jadi berhenti. Membawa aku ke tempat dengan tak ada batasan waktu. Seperti gravitasi menjadi tidak ada sama sekali. Hingga aku mampu mengingat setiap detik dari rekaman kejadian yang baru saja terjadi. Jika tadi adalah sebuah film aku ingin mengulang lebih banyak lagi adegan nya.

🍂

Setelah kejadian kemarin sialnya aku menjadi sering memikirkan dia. Manusia misterius yang membawa ketenangan. Jujur saja aku tidak berpengalaman dengan perasaan seperti ini. Akupun tidak yakin jika ini yang dinamakan awal perasaan suka atau bahkan cinta.

Konyol sekali!.

Dalam film dan drama, cinta menjadi hal yang sangat luar biasa bahkan menurutku beberapa menjadi tidak masuk akal. Jika cinta adalah pengorbanan, lalu apakah artinya cinta membawa pergi kebahagiaan. Sedangkan yang sebenarnya diharapkan adalah kebahagiaan. Berdasarkan pengalaman dari beberapa curhatan sahabatku, aku akhirnya menyimpulkan bahwa cinta adalah kebahagiaan yang membawa rasa sakit. Karna awal dari cinta adalah kebahagian sedangkan akhir dari cinta adalah kesedihan.

Lihat selengkapnya