Edwin Harlana
Dapatkah satu hati menyimpan dua perasaan yang sama? Mendapatkan bagian yang sama? Jika itu adalah perasaan cinta, apakah itu diizinkan?
*
Aku bertemu dengan gadis itu lagi, ternyata namanya Kiky. Dan meskipun aku sudah menduga kita akan bertemu lagi, karna sebenarnya kita punya satu kelas yang sama. Tetapi aku tak pernah menduga dia merupakan teman Lina, adik Reyhan. Jadi, sudah bisa dipastikan kita akan bertemu lebih sering. Dan anehnya aku merasakan perasaan yang tidak biasa tentang hal ini.
Kami akhirnya sampai di tempat makan dekat kampus bernama “Ayam Geprek Hotchick”. Aku melayangkan pandangan ke setitar untuk mencari tempat duduk yang masih kosong. Tempat makan ini memang cukup ramai, karena disini salah satu tempat makan yang ramah kantong mahasiswa. Akhirnya kami mendapatkan tempat duduk di tempat paling pojok. Setelah duduk aku langsung memeriksa smartphoneku membuka pesan dari Rena, dua panggilan tak terjawab dan satu pesan di kotak masuk.
Rena : Dimana?
Aku : Di Hotchick. Go go!
Rena : Siap meluncur. 5 menit aku belum sampai, kamu ku beri hadiah.
Aku : Kalau begitu kamu telat saja.
“Hey! Kamu pesan apa?” tanya Reyhan sambil menepuk bahuku membuatku kaget. Dia melihat ke arah smartphoneku, kemudian melirikku, “Kebiasaan, gitu ya cuekin sekitar.”
Aku menginggungkan senyum lebar, “Yang paket tiga.”
Aku meletakkan smartphoneku di atas meja. Saat aku menaikkan pandanganku aku melihat Kiky duduk di depanku, dia terlihat sedang gelisah. Dia menurunkan pandangannya seperti sedang memikirkan sesuatu dan menggigit kuku di jari kanannya.
Aku menarik lengan kanannya dan memandangnya lekat, “Ini kebiasaan nggak bagus.”
Dia membuka matanya lebar dan menatap ku, diam selama beberapa saat. Aku melepaskan genggaman tanganku dari tangannya. Lina menatap tajam Kiky. Kiky tersenyum masam dan mengalihkan diri dari pandangan tajam Lina.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka?.
“Ah maaf kak,” kata Kiky dengan senyum canggung.
Reyhan menatap Kiky bingung, “Kamu kenapa? Perasaan tadi masih baik-baik aja.”
“Bukan apa-apa, tapi ini rahasia,” sahut Lina, memandang tajam kakaknnya.
“Ih, apaan sih main rahasia segala,” kata Reyhan, mengalihkan pandangan dari Kiky ke Lena “Ada apa sih Len?”
“Jangan kepo deh kak,” kata Lina melirik ke arah Kiky, “itukan urusan Kiky, kakak nggak usah ikut campur. Masalah kakak aja sudah berjimbun.”
Kiky mengangguk ke arah Reyhan.
“Okey okey, maaf,” kata Reyhan sambil menaikkan kedua tanganya menyerah. Memang saat seorang laki-laki berdebat dengan dua orang perempuan sudah hampir bisa dinyatakan bahwa dia akan kalah.
Aku menepuk-nepuk pundak Reyhan.