Forgive Me

NReeta
Chapter #6

Kehidupan 360 Derajat

Malam-malam ponselku berdering, Tante Gina, hatiku mencelos jika mendapat telepon darinya saat hari sudah gelap begini.

“Dah, bapak kamu kayaknya lagi sakit. Gak keliatan keluar dari kemarin, coba besok kamu pulang dulu.”

Aku menghela napas lega. “Iya, besok abis kerja, aku pulang dulu.”

Berhubung besok hari kerja aku harus pulang pergi dari rumah yang jaraknya lumayan jauh.

***

Sepulang ke rumah aku mendapati rumah terkunci dari dalam, diketuk-ketuk pintu tak juga dibuka. Aku beralih ke rumah Tante Gina menanyakan keberadaan bapak.

“Oh, gak tahu, Tante abis dari luar. Tapi kayaknya ada di rumah, deh, barusan denger air dinyalain,” jawab Tante melepas kerudungnya. “Dah, coba kemarin Tante liat udah ada lemari gak tahu siapa yang ngasih sama ada baju sekantong gede. Bilangin sama bapak kamu jangan asal nerima rongsokan. Rumah udah gitu jadi tambah sumpek,” terang tante panjang lebar, aku meringis mendengarnya. Barang baru lagi.

Om Vito berjalan mendekat. “Iya, tiap dikasih makanan piringnya suka ditumpuk bukan dicuci satu-satu tiap abis makan. Bapak kamu jorok banget.”

“Emang udah watak mungkin, susah sering dikasih tahu juga,” jawabku, mereka hanya sebatas itu, aku yang menangani langsung sudah muak melihatnya.

Aku masuk lewat connecting door di ruang tengah tante yang langsung terhubung ke rumah bapak, pintunya digembok besar jarang sekali terbuka jika tak ada keperluan.

Menyedihkan, tapi aku tak patut mengkritik tindakan mereka, selain menghindari bau tak sedap, mereka juga menjaga dari gangguan tikus.

Om Vito ikut di belakangku, begitu pintu dibuka tangannya langsung menutup hidung dan lekas menutupnya kembali.

“Pak?” panggilku.

“Eh, Idah,” jawabnya sambil memegangi perut.

“Katanya bapak sakit?”

“Iya, mencret, udah lima kali bolak-balik wc.”

“Udah minum obat?” tanyaku, sambil menjelajah ke ruangan mencari benda seperti yang Tante Gina katakan.

Benar saja, sebuah lemari dua pintu terbuat dari kayu. Aku coba buka pintu pertama beratnya bukan main.

“Ini lemari dari siapa?” Aku melihat kondisi di dalamnya, terlihat cukup kokoh kenapa dikasih ke bapak, ya?

“Bapak beli dari tetangga lima puluh ribu. Lumayan, ya?”

Lihat selengkapnya