Masa lalu adalah sebuah kata sederhana yang melukiskan segala hal kenangan dan memori yang sudah kita lalui, ada kalanya masa lalu menyimpan segudang kepedihan yang tak semua orang sanggup menampungnya sendirian hingga melampiaskan segala kekesalannya pada orang lain, Sama halnya dengan Sebuah keluarga blasteran Indonesia- Inggris yang harus memakan rasa pahit mendalam atas kejadian yang menimpa anak-anaknya.
Keluarga yang harusnya bahagia dalam rangka hari kelulusan kedua anak kembarnya di sebuah hotel mewah yang sengaja disewa seharian oleh pihak sekolah untuk acara perpisahan sekaligus kelulusan siswa – siswi kelas 3 sekolah menengah awal, kini dalam waktu sekejap mendadak berubah menjadi sebuah deraian air mata yang membanjir publik dan gumpalan daging yang ikut tertimba bersamaan dengan runtuhnya bangunan-bangunan hotel dan tangisan keputusasaan dan kepedihan yang mendalam.
Oleh karena itu, aku akan mengajak kalian untuk berjalan mundur, memulai kembali kisah ini jauh sebelum kematian membakar harapan dari seluruh keluarga yang menjadi korban dari kejadian mencekam tersebut.
Tepat sekitar Dua jam sebelum kejadian, keluarga kecil itu tengah asyik bercengkrama bersama-sama sembari menyaksikan pertunjukan yang telah dipersiapkan oleh adik-adik kelasnya.
“Mom, tahu gak salah satu cewek yang didepan itu mantannya kak Alvan loh”
Alvan yang melihat kejulidan adiknya, hanya bisa menggelengkan kepalanya saja sembari tersenyum malu.
“Hmm..jadi anak mami dan papi udah nakal ya, lain kali harusnya dikenalin dong sama kami” Ledek sang ibunda, Anggi Laila.
“Iya tuh mi, anak papi udah pande ya main cinta-cintaan, pakai sembunyi-sembunyi lagi”
“Tuh kan, pipi kak alvan merah jambu” Ledek arisha yang semakin menambah kekompakan keluarga itu untuk meledek sang kakak, anak pertama dari keluarga tersebut.
“Ah kalian, yaudah alvan ke belakang panggung dulu ya soalnya penanggungjawab acara perpisahan ini kan juga alvan”
“Yaudah, hati-hati ya kak jangan sampe clbk lagi”
“Arisha, jangan diganggu terus kakaknya”
“Dengar tuh adik bandel, yaudah nanti alva balik lagi” Alvan langsung pergi menjauhi area kursi tamu, ia memang sangat sibuk sekali hari ini sebagai seorang mantan ketus osis dan dewan penanggungjawab acara yang membuatnya harus bolak-balik mengontrol acara besar tersebut.
Apalagi seperti yang diketahui kalau tamunya itu bukan hanya orang tua siswa yang sebagian besar adalah pejabat tinggi, namun ada juga tokoh populer yang mengisi acara atau sekedar menjadi tamu undangan saja jadi mau tak mau alvan harus memastikan acara ini berjalan sukses.