Forsook

Fei Amour
Chapter #9

Delapan ~ Kembalinya Masa Lalu

Ningrum masih menelusuri lorong istana dingin. Ke manapun dia berlari, tidak ditemui dayang maupun prajurit. Hingga dia tiba di taman, ia dikejutkan pemandangan yang tak biasa.

“Apa tujuanmu kemari? Bagaimana jika Raja melihat kita berdua?” Clementine berusaha mengusir pria di depannya.

Tidak dapat melihat siapa pria itu, tapi Ningrum yakin itu bukan Raja Adry. Postur dan suaranya berbeda.

“Semua penghuni istana sedang menuju istana utama untuk penyelidikan. Hanya ada kita berdua sekarang,” ucap pria misterius itu.

Katakan apa maumu dan pergilah secepatnya!”

Ningrum berjalan pelan untuk mendengar lebih jelas ucapan mereka.

“Aku datang untuk memberikan obat ini. Kudengar kamu terluka parah karena Raja tidak becus.” Pria itu menunjukkan kepedulian yang berbeda kepada Clementine.

“Tidak mau. Itu adalah racun. Kamu berusaha menyingkirkanku karena aku melindungi Raja ‘kan?” tuduh Clementine.

Pria itu meletakkan botol kecil di atas meja.

“Aku memang menginginkan keadilan, tetapi bukan nyawa kalian berdua. Luka dalammu tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa. Tabib yang mengatakannya padaku dan memohon obat ini. Kamu akan tertidur selama satu bulan pemulihan. Selama itu, aku janji tidak akan menyakiti Adry,” sangkal pria itu.

Ningrum tersentak, menimbang kemungkinan buruk yang sedang dia pikirkan. 

“Tepati janjimu.” Clementine meminum cairan di botol itu sambil melirik pria yang menunggunya dengan sabar.

Sesaat kemudian, Ningrum terkesiap melihat pria itu mendekati Clementine dan sang Putri diam saja diciumnya. Sebelum mereka menyadari keberadaan Ningrum, ia berlari ke arah istana utama yang ramai.

Sepeninggal Ningrum, pria yang merupakan Brigit, berbisik pada Clementine.

“Sebelum kamu tertidur. Aku ingin memberitahumu satu rahasia. Ingatkah kamu akan beberapa dekade lalu, saat Peramal istana meramal perjodohan kita berempat di depan Raja terdahulu dan seluruh bangsawan lain? Saat itu, Peramal istana mengatakan kebohongan. Kakakmu adalah yang ditakdirkan untuk menduduki takhta. Bukan suamimu. Raja terdahulu menginginkan kekuasaan berlanjut pada putranya. Sehingga dia membuat takdir mengikat Adry dan Kakakmu dalam perjodohan. Mungkin, Kakakmu bunuh diri bukan karena dia tidak mencintai Adry lagi, tetapi karena dia tahu kamulah yang sebenarnya berjodoh dengan Adry.”

Brigit tertawa keras setelah mengatakan hal itu, membuatnya Clementine di penghujung kesadarannya tak tenang. 

“Berdamai di alam mimpimu. Karena saat kamu terbangun, segalanya tak akan lagi sama,” kata Brigit seraya menoleh ke arah perginya Ningrum.

Ketika gemawan hitam melintasi cakrawala biru, Brigit menghilang di antara pepohonan rimbun dan kegelapan yang mencekam. Kejahatan dan kebaikan semakin abu-abu di dunia itu.

“Kekacauan di depan istana dingin sangat mencurigakan. Sepertinya pelaku memiliki sihir kamuflase yang luar biasa,” kata prajurit yang ditugaskan menyelidiki sihir gelap di istana dingin.

Adry berang, menghanguskan prajurit tak berguna di hadapan yang menjadi abu. 

“Penyusup itu membuat kekacauan di depan istana permaisuriku dan secepat apa pun kita bertindak, tidak dapat menangkap ekor. Apakah semua penghuni istana dingin telah diperiksa?” tanya Adry, merasa sesuatu yang buruk terjadi.

“Yang Mulia, semuanya sudah diperiksa, kecuali manusia yang dilindungi Putri, kami tidak dapat menemukan keberadaannya,” lapor pelayan setianya ragu-ragu.

“Beberapa waktu setelah dia pergi, kekacauan itu terjadi. Dia mungkin saja tahu hal apa yang telah terjadi, tapi tidak mungkin sihir sekuat itu berasal darinya.” Adry memberi perintah. “Cari dia dan bawa ke hadapanku!”

“Yang Mulia, manusia itu sudah masuk ke dalam istana. Dia ingin menemui Yang Mulia,” ucap prajurit yang berjaga di depan pintu.

“Biarkan dia masuk!” Raja memutar otak, memikirkan betapa mencurigakannya manusia yang dapat masuk ke dunia mereka.

Ningrum masuk dan mendekati Adry.

“Raja, ada yang ingin saya sampaikan,” kata Ningrum seraya melirik pelayan di samping Adry.

“Katakan saja di sini, apapun yang,” ucapan Adry terhenti saat melihat wajah Ningrum. “Siapa kamu?”

“Raja, dia adalah manusia itu,” ujar pelayannya.

Adry tak berkata. Sosok Ningrum tampak seperti mendiang kekasihnya.

“Raja, apa yang membuatmu menanyakan hal itu? Saya adalah Ningrum,” ucap Ningrum mengakui.

Berpikir pikirannya sedang mengacaukan pandangan, Adry menolak tatapan Ningrum.

Lihat selengkapnya