Pagi menyambut kekacauan yang dibuat oleh makhluk-makhluk kegelapan, mengundang amarah Raja yang kedudukannya diminta untuk Ratu antah-berantah.
Adry menghentikan kebisingan rakyat yang meminta penjelasannya dengan memanggil ribuan prajurit, meminta pengirim surat mengantarkan kepada makhluk yang berani mempertanyakan kelayakannya menduduki takhta.
Gulungan surat itu dengan cepat sampai ke tangan Azalea yang segera menerima tantangan perang itu. Namun kondisinya yang lemah kini tak memungkinkan Azalea untuk ikut berperang.
“Aku bisa mewakilimu terjun ke medan perang dan kamu bisa membantuku dengan memikirkan strategi untuk perang ini,” tawar Brigit cepat.
“Tapi, Brigit. Kamu bukanlah tandingan Adry. Dia dikaruniai kekuatan dewata yang terkuat. Hanya aku yang dapat mengendalikan kekuatan itu. Kamu tidak akan bisa mengalahkannya,” tolak Azalea.
Brigit mendekat dan meremas tangan wanita itu pelan. “Jangan khawatir. Aku memiliki berkat kemenangan perang dari Dewa. Meskipun tidak dapat mengalahkannya, setidaknya kita bisa membuat pasukannya kalah.”
Azalea menghela napas berat. “Baiklah, aku akan segera mendiskusikan taktik perang denganmu saat ini juga. Minta pelayanmu mengambilkan peralatan dan perintahkan pasukanmu untuk bersiap,” ujar Azalea.
“Apa? Sekarang juga? Bukankah di surat itu tertulis perjanjian perangnya diadakan besok?” tanya Brigit tak yakin.
“Dalam peperangan perebutan takhta, tidak ada yang namanya perjanjian perang. Raja itu sedang membodohimu dan mengira kamu akan memakan jebakannya besok,” jelas Azalea seraya tertawa, membuat Brigit terpana untuk beberapa waktu.
“Kalau begitu, kapan kita akan memulai perangnya?” tanya Brigit.
“Malam ini juga,” jawab Azalea serius. Ia menunjuk ke arah Selatan yang merupakan tempat terjauh dari kawasan gelap. Pimpin para pemberontak Kerajaan untuk berkumpul di wilayah Selatan dan menyamar di sana sampai kita memberikan sinyal, perintah untuk menyerang istana ketika Raja dan pasukannya tengah berpegang di medan perang dan posisi kita terancam. Panggilan pasukan yang dalam menembus pepohonan dan minta mereka menggantung boneka-boneka yang memakai baju zirah prajurit kerajaan. Kita akan memakan umpan raja dengan mendatanginya, tapi kamu tidak boleh pergi ke sana. Kita akan menggunakan makhluk yang dapat menirumu dan mengorbankannya.” Azalea menutup pembicara dan beberapa makhluk cerdik muncul di hadapannya.
“Tuan, izinkan hamba ikut dalam peperangan ini,” pinta salah satu makhluk.
“Hamba juga bersedia membantu, Tuan,” timpal yang lain.
Keduanya sangat membantu dalam diskusi Azalea saat itu hingga malam pun tiba-tiba. Beberapa pasukan baris depan telah menunggu dan sesuai perkiraannya, Kekuatan pasukan Adry melebihi jumlah pasukan mereka. Karenanya, mereka memutuskan untuk melenyapkan beberapa jenderal musuh terlebih dahulu.