Usai menutup pintu kamar dan menguncinya, air mata Cahaya mengalir. Meringkuk lemah bersandar pada pintu, berusaha sekuat mungkin untuk menangis tanpa suara.
Perasaan berkecamuk. Itulah yang dirasakan Cahaya. Menatap sedih bingkai foto kecil keluarganya yang ditaruh di atas meja belajar.
Rumah yang ditinggalinya selama ini adalah saksi bisu dimana Cahaya hanya bertamu saja. Dan keluarga itu, bukan keluarga Cahaya yang sesungguhnya.
Tempat yang Liana datangi rupanya adalah sebuah panti asuhan dimana Cahaya diadopsi oleh Liana dan Arga saat masih bayi.
Cahaya tidak tahu harus bagaimana lantaran ia sudah terlanjur menyayangi Liana dan Arga, merekapun juga sebaliknya.
Tapi, tetap saja kenyataan tetaplah kenyataan. Harus Cahaya telan bulat-bulat.
"Apa kak Grace juga tau rahasia itu?" lirih Cahaya terisak.
********
"Aya, nanti pas ibu pulang kerja ibu mau mampir ke tempat bu Siska, kamu mau ibu beliin kue brownis kesukaan kamu nggak?"
"..."