Untuk pertama kalinya Grace tidak bersemangat melihat senja. Senja hari ini terasa hampa baginya.
"Aku nggak tau harus berbuat apa. Aku sama sekali nggak paham sama rahasia apa yang Aya maksud." lirih Grace berkata pada langit senja, memandangnya dengan penuh rasa cemas.
"Hei!"
Suara yang tiba-tiba dari arah bawah itu, sontak membuat Grace teralihkan.
Seseorang tersebut rupanya adalah Langit.
Usai menaiki anak tangga rumah pohon, Langit kemudian duduk di sebelah Grace.
Mata Grace mengerjap, "Kok kamu ada di sini?"
Langit beralih menatap ke sekeliling, "Udah lama gue dateng ke sini. Lo sendiri kak, kenapa bisa ada di sini?"
Grace mematung sejenak, merasa ada sesuatu yang janggal. Ia memperhatikan Langit dari atas sampai bawah.
"Dari posturnya sama persis, sama cowok yang aku temuin waktu itu. Kalo bener, apa alasannya dateng ke sini ya? " batin Grace, usai mengingat kejadian tempo hari saat dirinya tidak sengaja melihat seseorang datang ke rumah pohon.
"Dari kecil aku udah sering ke sini, tiap hari malah kecuali hujan," jawab Grace, terkekeh pelan.
"Hadiah?" tanya Langit.
"Iya," Grace mengangguk. "Ibu aku yang bilang." sambungnya.
Grace berkerut kening, menatap raut wajah Langit mendadak berubah serius.
Jawaban dari Grace membuat debar jantung Langit semakin tak beraturan.
"Lo ingat apa alasan rumah pohon ini di hadiahkan buat lo?"
Grace menggeleng pelan.
Langit diam tak menyangka. Perlahan dua sudut bibirnya terangkat, tersenyum penuh haru.
Grace terbelalak, tiba-tiba Langit memeluknya begitu erat.
"Nggak salah lagi, lo pasti Grace. Finally i found you, i really miss you."
Mendengar Langit memanggil namanya, sontak memproteksi beberapa memori ingatan Grace dan secara tidak langsung terlihat sangat jelas dan tidak seperti sebelumnya.
FLASHBACK ON
"Kamu liat deh ke atas sana. Aku minta papah aku bikin rumah pohon itu buat kita main, ayo ikut aku!"
Langit menggandeng tangan Grace menuju anak tangga, kemudian menaikinya.
"Kita mau ngapain duduk di sini? Ini udah sore, kan tadi mama kamu nyuruh pulang."