Langit memberhentikan motornya tepat di depan rumah Grace. Terlihat Grace baru saja keluar, berjalan menghampiri Langit.
"Kamu masih hafal rumah aku di sini?"
"Masih dong, rumah kamu kan di deketan sama rumah pohon."
"Ohh, jadi patokannya rumah pohon ya?" kekeh Grace.
Langit tersenyum, "Iya. Yaudah yuk, naik!"
Usai memberikan helm pada Grace, Langit terpaku memandangi rumah minimalis berlantai dua itu.
"Pengen banget ketemu sama mereka, tapi situasinya lagi nggak pas." batin Langit.
"Langit, kamu kenapa bengong?" tanya Grace, membuyarkan lamunan Langit.
"Emm ... Gapapa kok." jawab Langit, menyalakan mesin motornya dan segera bergegas pergi.
********
Grace termenung, menatap ke luar jendela Cafe. Ia belum bisa tenang jika tidak berbicara dengan Cahaya dan menjelaskannya secara langsung.
Ponsel Grace berdering, rupanya telfon masuk dari Anin.
"Halo Nin, ada apa?"
"Halo Grace, barusan gue nggak sengaja liat Cahaya jalan sendirian kayaknya ngarah ke danau deh, mending lo coba samperin dia sekarang."
Grace bergeming, merasa bimbang.
"Kenapa?" tanya Langit.
Grace sedikit menjauhkan ponselnya, "Kata temen aku Anin, dia liat Aya. Aku diminta buat ke sana, menurut kamu gimana?"
"Lebih baik kamu ke sana aja, siapa tau itu satu-satunya cara buat kalian ngomong baik-baik."
"Tapi aku ragu, kalo Aya tetep nggak mau dengerin penjelasan aku gimana?"
Langit tersenyum simpul, menyentuh telapak tangan Grace lalu menepuk-nepuknya perlahan.
"Nggak usah ragu, ada aku yang temenin kamu. Kalo perlu aku siap bantu jelasin ke Cahaya."
Grace melirik ke arah tangannya, Langit pun langsung menyadari dan segera melepasnya.
"Lo lagi ngomong sama siapa, Grace?"
"Nanti aja ya, Nin, gue ceritain. Gue sekarang mau ke sana, makasih Nin, infonya."
"Oke, sama-sama, jangan lupa cerita lho ya!"
"Iyaa."
Usai mengakhiri sesi menelfon, Grace dan Langit segera bangkit dari duduknya.
"Ayo!" ajak Grace terburu-buru, sampai tidak sadar bahwa baru saja ia spontan menggandeng tangan Langit.
Ketika sampai di parkiran Langit pun menyeletuk.
"Mau sampai kapan ya digandeng terus?" celetuk Langit melirik tangannya, menahan senyum.
Mata Grace mengerjap, "Maaf." ujarnya melepas pegangan pada tangan Langit.
Grace tertunduk malu, pipinya merona merah. Mengutuk dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan.
Langit terkekeh kecil, tingkah Grace menurutnya sangat menggemaskan.
*******
"Gimana kalo kita cari ke sebelah sana dulu?" tunjuk Langit ke arah kiri.
Grace mengangguk setuju.