Bukanlah hal yang mudah bagiku menginjakkan kaki di kota perantauan. Ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di kota orang. Oleh karena suatu alasan, aku di pindah tugaskan untuk bekerja di kota ini.
Seketika aku terdiam mematung melihat sekelilingku, banyak sekali orang yang berlalu lalang di hadapanku, mereka pun terlihat sibuk berjalan sembari memainkan ponsel masing-masing.
"Huffftt..." Aku menghela nafas.
Dengan langkah lunglai aku berjalan keluar dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Langkahku pun terhenti ketika melihat seorang pria paruh baya tengah berdiri menggunakan setelan jas sembari memegang secarik kertas yang bertuliskan namaku, dengan segera aku menghampirinya dan menyapa "Permisi pak, itu nama saya," ujarku sambil menunjuk kertas yang ada di tangannya.
"Oh... Bu Steffy ya?"
"Iya pak, itu saya."
"Baiklah bu, ada baiknya saya memperkenalkan diri saya terlebih dulu, nama saya Eduard. Saya ditugaskan oleh perusahaan untuk menjemput bu Steffy," ujarnya sembari tersenyum.
"Terima kasih pak," jawabku sembari membalas senyumnya.
"Ini sudah menjadi tugas saya bu, mari silahkan ikuti saya bu."
Pria itu mengambil alih tas yang sedari tadi kubawa. Kemudian pria itu berjalan selangkah mendahuluiku, tanpa berlama-lama aku pun bergegas mengikuti langkahnya. Tak jauh melangkah akhirnya kami sampai pada tujuan, pria itu segera memasukkan barang bawaanku ke dalam bagasi.
"Silahkan naik ke mobil terlebih dahulu bu," ujarnya sembari mempersilahkanku masuk terlebih dulu ke mobil.
"Baik pak, Terimakasih," sahutku sembari masuk ke mobil.
Tidak terlalu lama menunggu, akhirnya pria paruh baya itu pun masuk dan menyalakan mesin mobil. Setelah menyala, ia segera melajukan mobilnya menuju tempat tinggal sementaraku yang telah disiapkan oleh pihak perusahaan tempatku bekerja.
Di sepanjang perjalanan aku hanya menatap tiap-tiap sudut kota ini. Sungguh pemandangan yang sangat-sangat berbeda dengan kota asalku.
Pria itu berkata "Baru pertama ke Jakarta ya bu?"
"Iya pak," jawabku singkat sambil tersenyum padanya.
"Beginilah kota Jakarta bu, banyak polusi, macet di mana-mana," ujarnya sembari membalas senyumanku.
Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala dan kembali menikmati perjalanan.
"Maaf pak, apakah perjalanan kita masih jauh?"
"Oh tidak bu, ini kita sudah sampai," ia menghentikan laju mobilnya.
Aku melihat ke arah gedung yang ada di sebelah kanan, sebuah Apartemen dengan desain klasik inilah yang akan menjadi hunianku selama di Jakarta. Aku membuka pintu dan melangkah menuju lobi gedung. Kemudian pria itu datang menghampiri sambil membawa koperku.
"Mari bu silahkan ikuti saya," ujarnya sembari menggeret koperku.
Aku pun mengikuti langkahnya, terlihat banyak sekali anak tangga di gedung ini. Sepertinya aku harus berolahraga setiap hari selama tinggal di tempat ini.
Tidak terasa sudah tiga lantai kunaiki, dan ini adalah lantai yang ke-empat. Pria itu menghentikan langkah kakinya dan berhenti pada sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tangga yang baru saja kunaiki. Aku pun bergegas berjalan menghampirinya.
"Capek, ya?" tanyanya.