Ucapan Gamma masih teringat jelas di memori Nada. Meski bukan pengingat yang baik, tapi ia ingat sekali bagaimana binar bahagia dari gadis pirang tadi yang mendadak lenyap. Untuk apa coba Gamma bilang begitu pada gadis tadi? Untuk membuat gadis itu cemburu, kah? Hah, ia rasa Gamma berhasil.
Argh! Tapi tetap saja ini mengganggu pikirannya. Terlebih setelah bilang begitu Gamma langsung menariknya pergi.
"Namanya Alena. Dia mantan gue pas SMP." Suara Gamma memecah keheningan antara keduanya.
Nada masih diam. Pandangannya lurus ke jalan.
"Lo nggak nanya kenapa gue putus?"
"For what?"
"Gue putus karena Alena harus ikut ayahnya tugas ke Kalimantan dan kita gak mau LDR. Apalagi buat anak SMP pasti berat banget," jelas Gamma.
"Gue nggak nanya," sahutnya sinis.
"Oke, gue cuma ngasih tau lo aja."
Aneh. Perasaannya yang sebelumnya kacau kini sedikit lega. Nada sendiri tak tahu kenapa ia seperti ini. Apa jangan-jangan ... tidak! Itu tidak boleh terjadi. Jangan sampai!
Saking kacau pikirannya, ia sampai tak sadar jika Gamma menepikan mobilnya di sebuah warung bakso. Ia lalu mengikuti Gamma turun. Di saat hujan seperti ini, bakso adalah makanan yang bisa diandalkan. Kuah hangatnya bisa sedikit menghalau dinginnya udara. Meski ramai, tapi syukurlah masih ada kursi kosong untuk mereka.
"Ternyata bakso di sini enak juga ya. Gue baru tau."
"Emang lo biasa makan bakso di mana?"
"Di abang bakso yang biasa lewat depan rumah." Bakso di mangkuk Nada sudah tak tersisa.
"Pantesan! Lo kalo mau nambah boleh kok. Gue yang traktir."
"Makasih, tapi gue udah kenyang." Nada mendekatkan tubuhnya pada Gamma. "Porsi di sini banyak. Sama kayak gue biasa makan dua porsi di abang gerobak," bisiknya.
Gamma tersentak. Hampir saja menyemburkan minumannya.
"Lo makan dua porsi? Gila! Kurus-kurus gini, perut lo karet juga ya?"
Gamma tertawa. Sedangkan Nada hanya memberengut kesal. Lalu menyeretnya ke kasir. Bahkan sampai di mobil pun Gamma masih sesekali tertawa. Ia jadi kesal sendiri. Tangan kanannya terulur memukul lengan Gamma.
"Diam! Ketawa lo nggak berhadiah tau! Bikin sakit telinga aja!"
"Oke oke gue diam," jawabnya sembari mengangkat tangannya membentuk simbol 'peace'.
Cowok itu pura-pura diam sambil menahan tawa. Kali ini ia sedang tak ingin mendengarkan ocehan panjang Nada.
Mobil Gamma baru akan meninggalkan area parkir ketika mata Nada menangkap sesuatu tak terduga. Di depan sana, seorang laki-laki paruh baya dengan seorang perempuan berjalan sambil memayungi tubuh mereka. Dua orang itu memasuki warung bakso tadi.
Hati Nada mencelos, tak menyangka disuguhkan pemandangan seperti itu. Air matanya luruh, ia pun menghapusnya cepat.
"Gue mau pulang."