Four of us

yelartcreation
Chapter #3

Alexa

"Mah, aku berangkat." Aku pamit pada Mamah yang masih sibuk di dapur, - membuat kopi sebelum berangkat kerja.

"Ya, hati-hati ya."

Aku mengambil kunci motor yang tergeletak di wadah kunci rumah, lalu aku berjalan keluar ke garasi. Akhir-akhir ini aku berangkat ke sekolah dengan naik motor sendiri. Sebelumnya, aku lebih sering diantar dengan mobil oleh Mama. Aku selalu mengatur kacamata-ku sebelum mengendarai motor - agar tidak mengganggu pandangan saat menyetir. Kemudian aku mengecek waktu di jam tangan, ini masih pukul 6.25. Aku membutuhkan sekitar 5-10 menit untuk ke sekolah karena rumah-ku sebenarnya tak terlalu jauh dari sana. Setelah semua aman, aku segera berangkat.

Setibanya di lapangan parkir sekolah, aku memposisikan motor-ku dengan baik. Kali ini tempat parkirnya belum penuh. Biasanya di jam segini sudah penuh dengan motor adik/kakak kelas. Aku sempat mencuri pandang sederet motor yang terparkir. Aku langsung menemukan motor ninja berwarna hitam yang mencolok diantara jenis motor yang lain. Dia sudah datang, pikirku.

***

Tak lama dari kedatangan Erlin dan Jeremy, bel berbunyi. Aku dan Agatha segera masuk ke dalam kelas. Saat itu terdengar seluruh kelas sedang menertawakan Amelia yang panik menyalin PR Fisika-nya.

"Makanya, lain kali lebih perhatiin pelajaran." tegur Agatha pada Amelia.

Amelia merengek, "Kok kalian nggak ngasih tahu aku sih? Kukira akan damai di sekolah hari ini."

"Mau sampai kapan kita ngingetin kamu mulu? Kamu udah gedhe tahu." omel Agatha layaknya Mama kandung Amelia.

"Hih, yaudah sana, jangan ganggu aku dulu!" Amelia mengusir Agatha dan lanjut menyalin PR itu.

Aku menggelengkan kepalaku, selalu ada saja yang membuat Agatha mengomel pada Amelia. Walau kadang lelah mendengar perdebatan mereka yang tak penting, tapi tanpa semua ini, kelas terasa sepi.

Satu kelas masih menunggu kedatangan wali kelas, hening - anak kelas IPA cenderung sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Di saat seperti ini, biasanya yang kulakukan adalah mengecek ulang buku agenda tugas - apa ada yang kulewatkan atau tidak.

"Lex, Alexa."

Kepalaku mendongak, ternyata Ian yang memanggilku.

"Alexa, pinjam buku fisika mu dong."

"Hah? Untuk apa?"

Ian meringis, "Enggak, aku cuma mau lihat. Mau aku cocokin aja sama PR yang tadi kusalin."

"Oh yaudah." Aku memberikan buku fisika-ku pada Ian. Aku cenderung sensitif kalau orang lain hendak menyontek pekerjaan-ku.

Ian. Ian bisa dibilang laki-laki tercerewet di kelas dan mudah bergaul. Aku sendiri adalah tipe perempuan yang tidak mudah akrab dengan laki-laki; perempuan saja tak bisa semuanya akrab denganku. Aku orang yang tak pintar basa-basi, tapi kehadiran Ian membuatku terasa lebih mudah mengobrol dengan-nya - mungkin memang aku cocok dengan orang yang lebih cerewet.

"Eh, Lexa. Nanti waktu istirahat kita jemput Erlin di kelas ya sebelum ke kantin." Ajak Agatha.

"Jemput Erlin apa mau modus?" godaku.

"Ck, apaan sih." Agatha langsung menatapku jengkel.

Amelia tiba-tiba menyahut, "Modus tuh!"

Lihat selengkapnya