Sepulangnya dari kencan dengan Clara, Nathan mengantar Clara pulang, kemudian baru ia pulang ke kosannya. Nathan yang sedang bahagia, tidak merasakan lelahnya sepanjang hari ini, terutama dengan pusingnya dia di kantor tadi. Seakan ingin membagikan kebahagiaannya, Nathan tidak langsung pulang ke kosannya. Ia mampir dulu ke kosan Rizal. Dia merasa sangat excited untuk menceritakan kejadian hari ini kepada sahabatnya.
Kosan Rizal memang tidak jauh dari kosan Nathan. Kosan mereka bertetangga, jadi hanya perlu untuk berjalan kaki saja, tidak sampai tiga menit. Kosan Rizal terdiri atas tiga lantai, dengan harga yang cukup bersahabat untuk ukuran pekerja di Jakarta. Kamar Rizal nomor 25, terletak di lantai dua.
Ketika Nathan tiba di pintu gerbang kosan Rizal, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Nathan merasa sangat perlu untuk bercerita kepada Rizal mengenai kejutan hari ini, sehingga ia seakan tidak ingat bahwa besok ia masih harus bekerja. Nathan menyapa satpam di gerbang kosan. Satpam tersebut sudah mengenal Nathan, karena sering main ke kosan Rizal.
“Malam, Pak,” sapa Nathan ramah kepada Pak Ali, satpam kosan tersebut.
“Eh, malam Nak Nathan,” Pak Ali yang sedang melihat ke handphone-nya mengalihkan pandangan ke Nathan. “Mau ke tempat Rizal?”
“Iya, Pak,” Nathan mengangguk. “Bapak lagi lihat apa? Seru banget kayanya,” Nathan akhirnya menjadi kepo tentang yang ditonton oleh Pak Ali.
“Oh, ini lagi nonton berita aja. Kan perlu banyak tahu juga, Nak,” Pak Ali tersenyum. Nathan salut kepada Pak Ali, yang tidak pernah mau ketinggalan mengenai perkembangan zaman saat ini.
“Ya udah, Pak. Silahkan dilanjut lagi. Saya mau ke tempat Rizal dulu ya, Pak,” Nathan berpamitan dengan sopan kepada Pak Ali. Sebenarnya, inilah yang membuat Nathan juga diingat. Sikapnya yang sopan kepada siapa saja. Itu berkat ajaran dari orang tuanya, untuk belajar menghargai siapa pun, tidak peduli apapun yang mereka kerjakan.
“Silahkan, Nak,” Pak Ali kembali menonton berita melalui handphone-nya.
Nathan melangkahkan kakinya menuju ke dalam gedung kosan. Ia sudah sangat hafal dengan semua letak ruangan di kosan tersebut. Nathan segera menuju ke lantai dua, untuk menuju ke kamar nomor 25. Sesampainya di depan pintu nomor 25, Nathan segera mengetuk.
“Zal, lo ada di dalem, kan?” ujar Nathan sembari mengetuk.
Tidak sampai semenit kemudian, pintu kamar tersebut sudah terbuka. Rizal muncul dari balik pintu dengan baju yang biasa ia kenakan untuk tidur. Kaos putih yang kebesaran dan celana basket, adalah pakaian yang biasa ia pakai untuk tidur.
“Ngapain lo malem-malem ke sini? Ga inget besok kerja?” Rizal sedikit menyindir Nathan. Ia sudah tahu kalau Nathan lah yang ada di balik pintu, dari suara dan juga ketukannya di pintu, yang memiliki ritme yang berbeda dari orang lain.
Nathan hanya tersenyum lebar, dan segera melepas sepatunya. Nathan mampir ke tempat Rizal masih dengan baju kerjanya yang lengkap. Setelah melepas sepatu, ia segera masuk ke kamar Rizal. Ia meletakkan tasnya di lantai, dekat tempat tidur Rizal.