Fragile Heart

Angela Nathania Santoso
Chapter #8

Bab 7

Setibanya di kamar kosnya, Nathan segera menanggalkan tasnya, kemudian mengambil handuk dan baju ganti. Ia segera melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sepuluh menit kemudian, ia sudah keluar dari kamar mandi dengan kaos merah kebesaran dan celana pendek, sudah bersiap untuk beristirahat. Ia menaruh pakaian kotornya di laundry bag yang ia letakkan di sebelah pintu kamar mandinya.

Kamar kosan Nathan hampir sama besarnya seperti kamar Rizal. Di dalamnya terdapat tempat tidur, satu kursi, satu meja, dan sebuah lemari. Nathan cukup memanfaatkan semua fasilitas tersebut untuk menyimpan barang-barangnya. Terutama di meja. Meja yang disediakan dari pihak kosan cukup besar, sehingga ia menggunakannya juga untuk menumpukkan beberapa buku yang sering dibacanya. Sampai sekarang, hobi Nathan membaca buku masih terus berlanjut. Terutama, ketika saat ini perkembangan ekonomi sudah semakin maju, sehingga ia masih merasa perlu untuk meng-upgrade dirinya. Ada sekitar belasan buku tentang perekonomian Indonesia dan dunia di atas mejanya.

Di meja tersebut, tak akan pernah kita melihat Nathan mengerjakan pekerjaan kantornya. Ia sudah bertekad untuk tidak pernah membawa perkerjaan kantor untuk dikerjakan di kosan. Ketika di kosan, urusan yang ada sudah lain. Tidak ada lagi tanggungan pekerjaan yang harus ia bawa saat sudah berada di luar bank tersebut.

Nathan akhirnya merasa kelelahan. Ia memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ia masih sempat mengambil handphone-nya yang ia letakkan di tempat tidurnya. Nathan tergoda untuk memainkan handphone-nya sejenak.

Nathan membuka salah satu aplikasi media sosial yang ia sering gunakan. Di situ, ia melihat banyak foto yang diunggah oleh teman-temannya. Nathan senang melihat foto-foto tersebut, terutama ketika yang diunggah adalah foto pemandangan. Ketika melihatnya, rasanya membuat hati damai. Bisa melihat pemandangan yang indah seperti itu, meskipun hanya lewat foto.

Nathan membuka history kiriman yang pernah dia unggah. Ada beberapa foto yang menyangkut pekerjaannya, apalagi saat awal-awal bekerja. Semenjak lulus dari kuliah, Nathan memang langsung mendapatkan pekerjaan pertamanya di tempatnya bekerja sekarang. Ia melihat dari foto terakhir yang diunggahnya, yaitu foto saat para staf memberikan kue ulang tahun kepadaya. Ia sangat bahagia ketika mendapatkan atmosfir kerja yang seperti itu.

“Kangen banget gue sama mereka. Inget aja sih mereka, sama ulang tahun gue,” ujar Nathan kepada dirinya sendiri.

Ia masih melanjutkan untuk melihat semua posting yang pernah diunggahnya. Beberapa foto menunjukkan ia sedang berfoto dengan beberapa seniornya yang memutuskan untuk resign, karena alasan tertentu. Entah mengapa, semua itu membawa memori yang baik di kepala Nathan. Ia ingat banyak kebaikan dari orang-orang tersebut, sampai menjadikan dirinya yang sekarang ini.

Pekerjaan yang dia kerjakan sekarang, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada bantuan dari senior-seniornya. Tentu saja, Nathan menginginkan pekerjaan ini, sebagai sebuah wadah untuk mempraktikkan pelajaran yang didapatnya saat kuliah. Namun, di sisi lain, hal ini juga bisa menambahkan pengalamannya bekerja. Bisa jadi catatan yang bagus di CV-nya nanti.

Perjalanan menelusuri masa lalunya berlanjut, sampai ke fotonya bersama Clara. Saat itu, mereka baru sekitar satu bulan jadian. Foto tersebut menunjukkan keduanya sedang saling menatap, sambil berpegangan tangan, di sebuah taman bunga di kawasan Puncak. Melihat foto tersebut, Nathan jadi teringat kejadian-kejadian sebelumnya, seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Nathan bertemu dengan Clara secara tidak sengaja. Sekitar setahun lalu, Rizal diundang ke acara ulang tahun teman SMA-nya. Ia merasa canggung jika harus datang sendiri, sehingga ia mengajak Nathan untuk menemaninya. Nathan yang sedang tidak ada kegiatan apapun, mengiyakan ajakan Rizal. mereka berdua berpakaian cukup rapi, dengan kemeja, celana panjang, dan sepatu. Karena ini ulang tahun teman Rizal, maka hanya Rizal yang membawa kado. Hitung-hitung, Rizal mentraktir Nathan juga untuk makan malam yang agak mahalan dikit.

Di acara tersebut, Rizal dan Nathan bertemu dengan Clara, teman Rizal juga sejak SMA. Nathan dan Clara saling berkenalan. Jika dilihat secara fisik, Clara memang terbilang cantik. Malam itu, ia mengenakan gaun merah muda yang kalem, tidak mencolok. Dilengkapi dengan sepatu hak tinggi, dan kalung dan anting-anting yang ia kenakan, sebenarnya ia terlihat sempurna. Riasan yang digunakan pun tidak berlebihan, sehingga tidak terlihat menor.

Awalnya, Nathan memang mengagumi dari penampilan Clara, oleh sebab itu, ia mengajak Clara berkenalan. Meskipun hanya sebentar, ternyata Clara sudah dapat mengambil hati Nathan. Saat itu, mereka tidak sempat bertukaran nomor handphone, karena keadaan yang cukup ramai saat itu. Nathan mendapatkan nomornya dari Rizal.

“Zal, lo pasti punya lah, nomornya si Clara,” ujar Nathan keesokan harinya, meneror Rizal.

Lihat selengkapnya