Fragile Heart

Angela Nathania Santoso
Chapter #9

Bab 8

Pukul 07.15, jalanan di depan kantor masih cukup lengang. Alena, yang memang biasa tiba lebih awal dari jam kerja, baru saja turun dari ojek online yang membawanya dari kosannya. Alena memberikan helm tersebut kepada pengemudi ojek tersebut dan mengucapkan terima kasih. Setelah merapikan bajunya sejenak, ia melangkah masuk menuju gedung tempat kerjanya. Di depan pintu masuk, ia melihat seorang satpam yang berjaga di situ, menggunakan seragam lengkap.

 “Pagi, Mbak Alena,” ujar salah satu satpam tersebut, sambil menerima kartu tanda karyawan yang diulurkan Alena. Kartu tersebut perlu ditunjukkan untuk scan kehadiran. Karena Alena sering datang lebih awal, maka beberapa satpam yang sering berjaga pagi mengenalnya.

“Selamat pagi, Pak Rahmat. Sehat, Pak?” Alena membalas salam tersebut.

“Syukurlah, masih bisa kerja, Mbak. Ini kartunya,” jawab Pak Rahmat sambil mengulurkan kartu Alena kembali ke pemiliknya.

“Syukurlah. Terima kasih, Pak,” Alena menerima kartu tersebut, dan memasukkannya ke dalam tas. “Saya masuk duluan ya, Pak.”

“Silahkan, Mbak. Semoga harinya menyenangkan ya,” Pak Rahmat tersenyum dan mempersilahkan Alena masuk. Sangat menyenangkan, pagi-pagi begini sudah mendapatkan doa yang tulus, supaya hari ini menjadi baik.

Alena tersenyum kembali, dan melangkah memasuki gedung tesebut. Keadaan kantor masih cukup sepi. Memang ini belum jam masuk kantor, maka keadaan masih cukup lengang. Karena besarnya lobi kantor tersebut, pada jam seperti ini, mungkin bisa digunakan untuk main futsal.

Di lobi kantor tersebut, hanya terdapat beberapa office boy, yang sedang sibuk membersihkan meja dan juga lantai. Alena menyapa mereka ramah, yang disambut senyuman dan sapaa ramah juga dari mereka. Alena memang diajarkan untuk bisa menghormati siapa saja, bahkan mungkin sampai pekerja-pekerja yang mengerjakan pekerjaan kasar, sepeti office boy atau satpam.

Alena segera melangkah menuju lift. Ia segera menekan tombol naik di panel lift tesebut. Ketika menunggu lift, ada seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Alena menengok untuk melihat siapakah dia. Ia cukup kaget ketika melihat Nathan sudah ada di sampingnya. Masih seperti biasanya, dengan penampilannya yang cukup charming.

“Hai, Than,” sapa Alena setelah melihat Nathan. Saai itu, dia hanya sendiri menunggu lift.

“Pagi, Alena,” Nathan membalas dengan senyuman di wajahnya.

Lihat selengkapnya