Setelah menerima semua keadaan itu, Nathan menjadi sangat terluka. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Ia kembali memesan ojek online untuk kembali ke kosannya. Sepanjang perjalanan, pikiran Nathan sungguh kosong. Ia merasa sudah tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk keluar dari semua masalahnya. Luka hati terasa begitu dalam, karena merasa diperlakukan tidak adil, dan juga karena dikhianati. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Dalam sehari, dunianya berasa runtuh, tidak ada yang bersisa. Dunia ini tidak adil padanya. Semua direnggut dalam satu hari, tanpa ada peringatan apapun. Mengapa semuanya harus terjadi?
Sepanjang perjalanan, ia hanya sibuk dengan pikirannya. Tatapannya kosong, menatap jalanan. Bahkan ketika sampai di depan kosannya sekalipun, pengemudi ojek tersebut yang harus mengingatkan kepada Nathan, jika ia sudah sampai di kosannya. Ia segera tersadar, dan turun dari motor. Ia menyerahkan beberapa lembar uang, mengucapkan terima kasih, dan mengembalikan helm yang dikenakannya. Ia melangkah masuk ke dalam kosannya, dengan gontai. Seluruh energinya seakan sudah terkuras habis.
Ketika sudah sampai di kamarnya sendri, ia membuka pintu kamarnya, dan meletakkan tasnya di atas meja. Ia juga menutup kembali kamar tersebut, tanpa menguncinya. Nathan duduk di kursinya sejenak, kemudian pergi ke kamar mandi. Ia menghabiskan waktu yang cukup lama di kamar mandi, untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Namun cara tersebut tidak berhasil, ia masih tetap saja merasa hampa di dalam dirinya.
Sekeluarnya dia dari kamar mandi, ia tidak langsung menuju ke tempat tidurnya untuk beristirahat. Walaupun hati dan fisiknya sedang lelah, ia tidak dapat langsung tidur begitu saja. Ia amsih duduk di kursinya, mencoba memikirkan segala sesuatu yang terjadi padanya hari ini. Ia merasa marah, merasa kecewa. Nathan mengarahkan pandangannya ke buku-buku yang ada di atas mejanya, dan mulai menyapu buku-buku tersebut dengan tangannya. Semua buku jatuh dan berserakan di atas lantai.
Melakukan hal tersebut ternyata tidak membuat Nathan menjadi lebih lega. Justru masih ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia lakukan, untuk menyalurkan semua rasa sakitnya. Semua barang yang ia tata rapi di atas meja, ia sapu semuanya menggunakan tangannya, sampai tidak ada satu pun yang ada di atas meja. Semuanya berserakan di lantai. Kamar Nathan menjadi sangat berantakan.