Keesokan harinya, Alena masih tetap pergi ke kantor. Alena datang agak siang dari jam biasanya ia datang, meskipun tidak sampai terlambat. Hal ini disebabkan karena sepanjang malam, Alena tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia memikirkan semua ucapan Rizal mengenai Nathan di café, malam itu. Alena khawatir ada sesuatu yang terjadi pada Nathan, yang tidak mau ia ceritakan kepada siapapun.
Saat tiba di kantornya, Alena mencari ponselnya, dan mencari nomor Nathan. Sejak semalam, ia tidak berniat untuk menghubungi Nathan, karena mungkin masih perlu waktu untuk sendiri. Rasanya pagi ini cukup pas, ketika ia hendak menanyakan kabar Nathan. Semoga saja dibalas.
Alena membuka aplikasi chat di ponselnya, dan mencari nama Nathan. Tidak ada keterangan bahwa nomornya sedang aktif. Alena tetap berpikiran positif, untuk tetap menghubunginya.
Hai, Than. Apa kabar lo pagi ini? Kalimat tersebut yang diketik oleh Alena di halaman chat-nya kepada Nathan. Centang satu, yang tak tahu kapan akan terkirim. Tak tahu juga apa yang sedang dilakukan Nathan di seberang sana.
Dikarenakan tidak adanya balasan sama sekali dari Nathan, Alena akhirnya berinisiatif untuk menghubungi Rizal. Mungkin Rizal sudah bisa menghubungi Nathan semalam, atau mungkin sudah ke kosan Nathan juga.
Pagi Zal. Lo udah dapet kabar dari Nathan? Alena mengetik pesan tersebut di chat pribadi kepada Rizal. Tidak sampai satu menit, pesan Alena sudah dibalas. Jawaban yang diberikan oleh Rizal sebenarnya cukup membuat Alena menjadi lebih khawatir.
Sejak semalem, gue ga bisa hubungin dia, Len. Abis kita balik kemarin, gue sempet ke kosannya, tapi dia ga di kosan. Ga tau dia ke mana. Ketika Alena membaca jawaban Rizal, Alena hanya bisa menghembuskan nafas sejenak. Ia sudah tidak tahu lagi, cara untuk mengetahui kabar Nathan sekarang.
Jika alasan Nathan pulang lebih awal adalah tidak enak badan, pastinya ia akan dengan mudah ditemukan di kosannya. Namun, Rizal justru tidak bisa menemukan Nathan di kosannya, setelah pulang kerja kemarin. Apa kabarnya Nathan ya?
“Len, kemarin ke mana lo sama Rizal?” Kak Maria yang sudah datang tiba-tiba muncul di balik kubikel Alena. Alena yang masih memikirkan mengenai Nathan, cukup kaget ketika Kak Maria tiba-tiba muncul di depannya. Alena menatap pada Kak Maria, dan Kak Maria dapat melihat ada sebuah kesedihan dan kekhawatiran di sana.
“Gue cuma ke café depan kok. Ngobrol,” jawab Alena sambll mencoba tersenyum. Kak Maria tahu bahwa senyum itu hanya untuk menutupi kekhawatiran yang tercermin di matanya tadi.
“Lo kenapa? Kok kayanya ada yang beda dari lo hari ini,” Kak Maria masih mencoba untuk menyelidiki.
“Ga ada apa-apa kok, Kak,” Alena mencoba untuk meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Ia masih belum terpikirkan untuk menceritakan isi pikirannya saat ini.