Jam menunjukkan pukul 17.00, jam kerja sudah usai. Waktunya para karyawan untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, jika pekerjaan mereka sudah selesai semua. Sore itu, Alena dan Rizal dapat menyelesaikan pekerjaan mereka tepat waktu, sehingga dapat pulang tepat waktu juga. Ketika jam kerja sudah usai, mereka segera membereskan barang mereka, dan segera keluar dari ruangan. Rizal sudah menunggu terlebih dahulu di depan lift, baru kemudian Alena datang.
“Sorry, gue agak telat,” Alena meminta maaf ketika sudah sampai di sebelah Rizal.
“Ga apa-apa, Len. Gue juga baru aja kok selesai,” ujar Rizal.
Pintu lift di depan mereka terbuka. Mereka segera masuk. Rizal menekan tombol G, dan mereka segera menuju ke lantai dasar. Alena dan Rizal segera berjalan keluar dari gedung tersebut, berajalan kaki menuju kosan Nathan. Kosan Rizal dan Nathan tidak terlalu jauh dari kantor, sehingga bisa mereka tempuh hanya dengan berjalan kaki. Selama dalam perjalanan, Alena dan Rizal lebih banyak berbincang mengenai berbagai hal, terutama mengenai pekerjaan mereka. Baik Alena maupun Rizal menghindari untuk membicarakan mengenai Nathan sejenak, agar mereka tidak terjebak dalam posisi yang saling diam, asyik dengan pikiran mereka.
Saat jarak kosan Nathan hanya tinggal sedikit lagi, Alena teringat sesuatu. “Eh, Zal. Kayanya kita perlu beliin sesuatu deh, buat Nathan. Makanan atau buah gitu, mungkin,” ujar Alena.
“Eh, iya ya, bener juga. Kalo dia sakit, mestinya perlu makan. Mmm.. gimana kalo kita beliin makanan di warteg deket kosan gue?” Rizal mencoba memberi ide.
“Boleh tuh. Tapi pilihin banyak sayur, dan yang ga pedes kali ya,” Alena sambil menimbang-nimbang makanan yang mungkin diperlukan Nathan saat ini.
“Oke, ntar gue pilihin yang ga pedes,” Rizal mengiyakan usulan Alena.
Di sebelah kosan Rizal, terdapat sebuah warteg. Mereka berdua berhenti di depan warteg tersebut, dan berdiskusi sejenak mengenai makanan yang hendak dibelikan untuk Nathan. Alena memberikan Rizal selembar uang berwarna biru untuk membelikan makanan. Rizal menolaknya, membiarkan dirinya saja yang membayarnya. Setelah itu, Rizal memasuki warteg tersebut untuk membelikan makanan bagi Nathan. Alena memutuskan untuk menunggu di luar, daripada harus ikut memenuhi tempat tersebut tanpa ada tujuannya.
Warteg tersebut tidak cukup besar. Saat mereka tiba di sana, warteg tersebut cukup ramai. Di dalam, hampir tidak ada tempat duduk. Semua orang yang ada di dalam sangat menikmati makanan mereka. Alena sempat menengok sedikit ke dalam warteg tersebut. Di ujung kanan warteg tersebut, terdapat sebuah meja, yang di atasnya terdapat etalase kecil. Di dalam etalase tersebut, terapat banyak piring dengan banyak pilihan lauk pauk dan sayur di atasnya. Mulai dari makanan yang pedas, sampai yang tidak pedas, semuanya ada di situ. Ada lima karyawan di warteg tersebut yang melayani para pembeli dengan sangat cekatan. Banyak juga pembeli yang memutuskan untuk membawa pulang makanan mereka, karena keadaan yang cukup ramai.