Dan berangkatlah mereka berdua. Meninggalkan amannya cahaya dan kehangatan api. Melanjutkan lagi perjalanan dalam gelap, tetapi setidaknya kali ini ia berjalan bersama layaknya dengan seorang teman. Seorang teman yang memiliki tujuan yang sama pula. Apa ada hal yang lebih indah lagi daripada itu? Mempunyai seseorang untuk berbagi membuat banyak perubahan dalam perjalanan yang telah ia lakukan sebelumnya. Entah apakah Orlainne juga berpikiran sama dengan Jean. Tetapi Jean sangat berterima kasih padanya. Mungkin setelah semua ini selesai. Setelah mereka berhasil menyelamatkan Jeanne.
Suara tapak kaki mulai berubah dan pilar-pilar mulai terlihat. Setelah sekian lama akhirnya mereka tiba di tempat itu lagi. Suara-suara mulai mendekati mereka. Entah mungkin karena mereka sudah siap dengan apa yang akan mereka temukan, Jean lebih mudah untuk memisahkan antara suara luar dan dirinya punya. Bukan berarti hal ini akan membuat misi mereka semakin mudah. Justru sebaliknya semakin lama mereka mencoba untuk bertahan maka semakin banyak pula yang perlu mereka lawan. Itu menyebabkan sekuat apapun pertahanan yang mereka miliki saat ini tak akan bisa bertahan lama. Masuk selesaikan tugas lalu keluar. Secepat mereka masuk secepat itu juga mereka harus keluar.
Lagi kegelapan tanpa ujung kembali menyelimuti mereka. Terkadang terasa seperti mencoba untuk menarik mereka ke dalam. Bahkan obor api yang mereka bawa tak mampu untuk memecah kepekatannya. Tetapi yang lebih aneh adalah karena obor yang terletak di pilar bisa cukup menjadi penerangan tidak seperti yang mereka bawa. Entahlah mungkin semua benda di sini hidup dan memiliki tugas masing-masing. Jika begitu maka tugas obor ini adalah menjadi penerangan dan yang lainnya tidak. Tidak peduli seberapapun miripnya mereka, mereka adalah dua entitas yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.
Walaupun sudah kedua kalinya Jean berada disini, tetap saja ia tak mampu untuk mendeskripsikan tempat ini. Lebih tepatnya semakin banyak yang ia lihat dan terima, semakin tidak dapat ia proses informasinya. Pilar tinggi yang seakan tidak hanya menopang bangunan ini tetapi juga menopang seluruh dunia ini. Tetapi di saat yang bersamaan tempat ini juga seperti terlepas dari dunia ini. Seakan-akan mereka berdiri sendiri secara mandiri, dunia dalam dunia itulah deskripsi yang didapatkan oleh Jean. Seperti melayang di tengah kantong dimensi. Bagaimana jika salah satu dari mereka dengan sangat tak sengaja terjatuh dari jalan setapak? Apakah sebenarnya terdapat tanah di sebelah atau hanyalah jurang tak berujung lagi? Sedalam apa jurang itu dan adakah yang pernah melakukannya? Semakin banyak pertanyaan yang berputar-putar dalam pikiran Jean. Mungkin ia hanya berusaha untuk mengganggu perhatiannya dari kenyataan bahwa mereka sedang masuk ke dalam ketidaktahuan.
Suara sekitar terasa semakin kuat. Bahagia bahkan, seperti mendapatkan mainan baru. Sekaligus mereka menyerang seluruh indera Jean dan temannya. Sekaligus juga mereka merasa kehilangan kendali. Seperti ombak lautan yang langsung menabrak tanpa adanya aba-aba. Langsung tersapu bersih mereka, tidak mampu untuk bertahan. Inilah yang mereka tunggu sedari tadi. Ketika mereka semua menghajar di saat yang bersamaan. Sekarang hanya tersisa tugas Jean untuk mencari Jeanne di tengah lautan kesadaran. Mereka bilang sangat susah mencari jarum di atas tumpukkan jerami. Coba saja jika kau mencoba untuk mencarinya di tengah laut. Sungguh mustahil walaupun kau mengetahui benda apa yang sedang kau cari.
Ikuti seperti kompas, ikuti seperti kompas, ia ulangi kata-kata itu seperti mantra. Ia biarkan hatinya yang mencari, Tidak ada yang bisa disembunyikan semua akan terlihat jelas. Jika memang benar demikian, maka ia hanya perlu percaya bahwa ia dapat melihat dia dengan sangat jelas seperti di bawah sinar matahari. Menemukan seseorang yang tak pernah disembunyikan.