Fragments

Ming
Chapter #10

Chapter X

Jean tersadar, terbangun secara tiba-tiba. Terhentak keluar. Tak perlu lama supaya matanya dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Ia sedang terjatuh didalam pusaran spiral. Dengan berbagai layar yang menampakkan ingatan seseorang. Ia melihat hidup seseorang bermain di dalamnya seperti film. Menyoroti bagian-bagian terpenting dalam hidup orang ini.

Ia memandang sekelilingnya. Tak menemukan tanda-tanda dimana ia sebelumnya berada. Ia berada di luar sebuah rumah. Tidak pernah ia melihat rumah seperti ini. Terlihat lebih modern daripada yang biasa ia lihat semasa ia hidup. Suara bisik-bisik orang berbicara terdengar dari dalam. Entah apa yang mereka bicarakan tidak terdengar begitu jelas oleh Jean. Tetapi dari apa yang bisa ia tebak dari beberapa kata yang ia coba rangkai sendiri, sepertinya mereka sedang membujuk seseorang untuk pergi ke panti asuhan. Ia lalu mendekati gedung ini untuk mencoba mendengar lebih jelas. Dan dari jendela ia melihat seorang gadis kecil sedang duduk menghadapnya.

Mata Jean terbelalak melihatnya. Lebih muda mungkin tetapi ia akan bisa mengenali wajah itu dimanapun dan sampai kapanpun. Rambut merah, merah yang menyala dan mata energik yang sepertinya tak takut akan apapun. Seperti menentang semua hal yang tak ia setuju. Yang ia lihat sekarang adalah wajah Jeanne, walaupun mungkin beberapa tahun lebih muda. Orang-orang itu berbicara sangat lambat sesekali menulis dan menggunakan gestur tangan untuk berkomunikasi. Gadis itu juga menjawab dengan cara yang sama. Pendengarannya sepertinya terganggu. Tetapi tidak tuli benar. Jika tidak, tidak mungkin ia bisa mendengar mereka bicara apa. Dari apa yang bisa Jean kumpulkan, gadis ini sepertinya tidak terlalu menyukai ide mereka.

Tidak mengherankan. Siapa juga yang akan senang jika tiba-tiba diminta untuk meninggalkan rumah dan hidup bersama orang-orang yang tidak kau kenal. Apalagi sekarang tiba-tiba kau harus menganggap mereka seperti keluarga. Bahkan interaksi dengan keluarga sungguhan saja terkadang sudah sangat melelahkan, sekarang ditambah lagi bahwa ia harus berpura-pura senang dengan interaksi dengan mereka. Tetapi itu mungkin masalah di lain waktu. Bagaimana jika ia tidak menyukai tempat baru itu? Bagaimana jika anak-anak yang tinggal disana mengganggunya? Penasaran, Jean memutuskan untuk melihat mereka lebih lama lagi.

Badannya terasa ringan seakan-akan ia tidak memiliki bentuk fisik disini. Tadi barusan juga ia hampir saja ditabrak oleh kereta kuda tetapi secara ajaib kereta itu tembus melalui dirinya. Mungkin sekarang ia menjadi apa yang disebut orang sebagai hantu. Ia kemudian mencoba untuk berjalan tembus masuk kedalam. Berhasil, sangat mudah malah. Dinding yang memisahkan dirinya seperti tidak ada. Ia berjalan seperti melewati tanah kosong saja. Di dalam ruangan orang-orang ini sama sekali tidak terganggu oleh kedatangan Jean disini. Mereka sama sekali tak dapat melihatnya. Ia bisa mendengar dengan lebih mudah tanpa adanya sama sekali gangguan.

Mungkin hanya perasaannya saja tetapi sepertinya gadis yang berwajah mirip dengan Jeanne itu baru saja bertatapan mata dengannya. Sewaktu ia masuk juga sepertinya ia menyadari sesuatu. Seakan-akan ia bisa merasakan kehadirannya disini. Tetapi satu-persatu dulu masalahnya. Bagaimana bisa Jean tiba-tiba berada disini? Hal terakhir yang ia ingat adalah mencoba untuk menarik Jeanne keluar dari sana. Ia ingat bahwa bagaimanapun caranya ia harus mengembalikan roh Jeanne menjadi satu lagi. Ia tidak tahu caranya dan memutuskan untuk mencoba mencari serpihannya dengan mencoba melihat ke dalam diri Jeanne. Mungkin ia bisa menemukan beberapa petunjuk disana.

Bagaimanapun juga walaupun kau mencoba untuk merobek roh dari tubuh seseorang. Roh tetaplah ingat pada tubuh asli mereka. Ikatan seperti itu tidak akan mudah putus apapun yang terjadi. Jika dilihat dari situasi sekarang ini sepertinya dugaan Jean berhasil. Gadis yang terlihat seperti Jeanne ini pasti memiliki roh Jeanne didalam dirinya. Tidak salah lagi tampangnya yang mirip seakan seperti pertanda. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kau mengeluarkan kepingan roh tersebut tanpa melukainya. Ia mendengar dari Orlainne bahwa alasan mereka menempel adalah karena mereka masih penasaran dan tidak bisa beristirahat dengan tenang di kehidupan selanjutnya. Jika memang demikian, bukankah berarti satu-satunya jalan baginya untuk mengeluarkan roh adalah dengan membuat mereka merasa puas?

Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Selain karena ia adalah hantu yang tak dapat terlihat atau didengar, ia juga tak tahu apa yang sebenarnya roh ini inginkan. Tetapi sepertinya gadis ini bisa merasakannya, mungkin ia bisa menggunakan hal tersebut untuk membantunya. Jean lalu memutuskan untuk mengikuti gadis tersebut ke panti. Kota ini tidaklah begitu besar. Sepertinya para penduduk hampir mengenal satu sama lainnya. Sering di dalam perjalanan mereka menyapa beberapa orang yang lewat. Sesekali mereka juga melayangkan pandangan mereka pada si gadis. Berbicara pelan dan terkadang menggelengkan kepala mereka. Apapun yang terjadi pada orang tua gadis ini sepertinya sudah diketahui oleh semua orang dan kelihatannya bukan sesuatu yang baik.

Selama perjalanan pula mereka mencoba untuk menghibur gadis itu. Bercerita bagaimana ia akan bertemu banyak teman sebayanya. Bagaimana ia tak perlu lagi kesepian atau mengkhawatirkan tentang makanan. Ia juga akan mendapatkan pendidikan yang cukup. Sungguh, mereka benar-benar mencoba untuk mendeskripsikan tempat itu seakan-akan adalah tempat terbaik yang bisa kau datangi. Tetapi dalam situasi saat ini mungkin mereka memang tidak salah. Bahwa panti adalah tempat terbaik yang bisa ia datangi untuk saat ini. Jean sendiri juga berpikir demikian. Ia tidak begitu mengerti apa itu panti tetapi apapun tempat itu jauh terdengar lebih baik. Lebih baik di sana daripada di jalanan. Walaupun ia masih memiliki rumah untuk ditinggalinya, bisa berapa lama ia mempertahankannya? Juga dengan makanan dan biaya hidup lainnya. Akan terlalu banyak hal yang harus ia korbankan. Lagipula berapa umur gadis ini, ia terlihat tak lebih dari sepuluh tahun. Tentu anak ini bisa bekerja jika ia mau, di sawah mungkin. Ia tidak terlihat seperti petani tetapi. Lebih tepatnya mereka bahkan tak berpakaian seperti yang ia tahu. Entah berada dimana atau kapan Jean sekarang. 

Sesampainya mereka di panti Jean melihat bangunan itu terlihat seperti gereja tua. Perkarangan yang lumayan luas. Terlihat sepi, sepertinya mereka berada di dalam. Bersih dan tertata rapi. Mungkin memang tempat yang nyaman untuk ditinggali. Mereka masuk kedalam. Pintu sama sekali tak terkunci. Semua orang bebas masuk kapanpun mereka mau. Gadis itu terdiam di depan tidak mengikuti mereka masuk. “Menurutmu haruskah aku masuk?” Ia tiba-tiba berbicara tetapi pada siapa? Jean berpikir mungkinkah dia yang sedang diajak? Ia yakin bahwa tak ada yang dapat melihatnya tetapi siapa lagi kalau begitu? Yang tinggal di sini hanyalah dirinya dan anak ini. “Jika kau mau menemaniku kedalam maka aku juga akan masuk.” Ia berkata lagi.

Jean melihatnya, ia terlihat sedikit ketakutan. Tak mengejutkan, ia diharuskan untuk masuk ke tempat yang sama sekali asing baginya. Entah apa yang akan ditemukannya di dalam. Ia tersenyum dan mengangguk, berusaha untuk memberitahunya bahwa apapun yang ia pilih, Jean akan bersamanya. Ia berharap agar gadis itu mengerti. Gadis itu mengangguk kecil dan mulai melangkahkan kakinya ke dalam. Tepat sebelum salah satu dari mereka keluar untuk memanggil gadis itu.

Lihat selengkapnya