FRATERNAL

Lisna W Amelia
Chapter #4

Her First!

Masih sangat pagi, tapi dua orang di pinggir jalan itu sudah sangat rusuh. Berebut untuk berbicara di telpon umum yang sekarang sudah tersambung dengan bos mereka. Beberapa orang yang lewat, yang kebanyakan anak Sky High sampai mengernyit heran melihat dua laki-laki serba hitam itu. Mencurigakan.

"Kalian ngapain telpon dari telpon umum?! HP kalian mana?!"

Si rusuh 1 dan rusuh 2 saling menatap setelah mendengar pertanyaan bosnya dari sambungan telpon, sementara gagang telpon ada di telinga si rusuh 1 yang bernama Jeki. "Saya kehabisan pulsa, bos. Si Juki HP-nya mati gara-gara batrenya soak."

Si rusuh 2 yang bernama Juki segera merebut telpon dari Jeki. "Bos, hari ini Aloe datang ke sekolah seperti biasa, jalan kaki seperti biasa. Tapi-"

"Bodoh!!!"

Si bos membentak hingga Juki menjauhkan gagang telpon dari telinganya, diberikan pada Jeki pun ditolak. Tapi, saking kerasnya suara si bos, mereka tetap bisa mendengarnya walaupun jaraknya jauh dari telinga.

"Udah empat hari kalian ngikutin bocah itu di sekolahnya, tapi masih gak tahu dia tinggal di mana sekarang?! Keterlaluan!" lanjut si bos.

Jeki kembali menempelkan telpon itu di telinganya. "Bos, setiap hari kita ikutin dia sepulang sekolah, tapi dia gak pernah langsung pulang ke rumahnya. Kayaknya dia sengaja keluyuran dulu sampai kita pusing ngikutin dia yang turun-naik kendaraan umum. Dari mulai angkot, ojek, kopaja, sampai bajaj, bos. Nah, gara-gara itu kita selalu kehilangan jejak".

Juki merebut telpon dari Jeki. "Bos! Kita nyerah, deh! Kita mending di suruh ngejar koruptor kamvret yang ngabur bawa duit rakyat nyambi plesiran ke luar negri dari pada ngejar bocah licin kayak si Aloe".

"Apa?!" Suara si bos kembali menggelegar. Dan lagi, telinga Juki yang terkena radiasinya. Kontan Juki melempar telpon itu pada Jeki.

"Heh!!! Pokoknya kalian harus terus ikuti dia! Dan temukan di mana rumahnya sekarang. Kalau tidak, kalian saya asingkan ke Nusa Kambangan!!! Atau pilihan kedua, biar bos besar yang penggal kepala kalian buat dijadiin cemilan buaya kesayangannya!!!" Ancaman si bos terdengar sangat serius.

Tuttt! Tuttt! Tuttt!

Sambungan diputus oleh si bos. Dan gagang telpon umum itu terjatuh dengan kesan dramatis. Juki dan Jeki saling menatap ngeri. Nusa kambangan bukanlah tempat yang bersahabat untuk dua mantan penjahat kelas teri seperti mereka.

"Nahas banget nasip kita berdua, coeg..., coeg," kata Jeki dengan tatapan nanar menerawang.

"Huffhh...." Juki menghela nafas panjang. "Kenapa jadi kita berdua doank sih, yang repot? Anak buahnya yang lain malah ditarik mundur. Semvak tuh, bos Percy!"

~~~

 "..."

Lily masih heboh tergelak, sedangkan Aloe fokus tertegun dengan mulut menganga. Jadi, seperti itulah jika seorang boneka tertawa. Sanggup membuat semua orang terpukau, walaupun suaranya cempreng.

Tertawa selepas itu membuat Lily terserang kram pipi dibarengi perut mulas. Dan saat itulah ia tersadar jika Aloe tengah tidak berkedip menatapnya, juga beberapa teman satu sekolahnya yang lewat sampai enggan mengalihkan pandangan darinya. Bahkan, salah satu cowok sampai menabrak pilar karena matanya terus melihat Lily, namun kakinya tetap berjalan ke depan. Beruntung tidak sampai terjadi tabrakan orang beruntun.

Tawanya berakhir. "Ekhem!" Lily berdekhem sembari memperbaiki raut wajahnya, terutama pipinya yang kram. Ia kembali pada ekspresi datar.

Dekheman yang hanya berjarak sekitar 3 meter di depan itu seketika menyadarkan Aloe dari ketertegunannya.

"Ka-kamu... ngetawain aku? -_- Di mana letak lucunya?"

Tanpa jawaban, cepat-cepat Lily meninggalkan Aloe setelah sempat memasang tampang seolah tidak ada Aloe di sana. Lebih untuk menyelamatkan dirinya dari kesan salah tingkah, sebenarnya.

Tapi, Aloe tidak tinggal diam. Ia melesat mengejar, dan berhasil. Kali ini ia berhasil menyamakan langkahnya dengan langkah tergesa Lily. "Ngaku, deh! Kamu ngetawain aku gara-gara ingat kejadian kemarin, kan?" tebaknya, yakin.

“…” Lily bungkam, sedikit pun belum berani melirik Aloe di sebelahnya.

"Oh... ternyata cewek tanpa ekspresi kayak kamu tuh, sebenarnya barbar, ya?!" Aloe kembali mengeluarkan jurus ‘ngotot’ demi mendapatkan sahutan Lily.

Akhirnya, kata 'barbar' yang meluncur santai dari bibir Aloe itu berhasil membuat Lily menoleh, tepatnya menyerang Aloe dengan tatapan sengit. "A-"

"Awaaas!" Aloe melihat bola futsal melayang dengan kecepatan tinggi di belakang Lily. Tanpa pikir panjang, ia menarik tangan Lily dan menyeretnya berputar untuk menggantikan posisinya.

BUGKKK!

Walhasil, bola itu tepat menghantam bagian belakang kepala Aloe. Beberapa detik hening. Semua orang di pinggir lapangan, termasuk di lorong lantai satu tidak rela berkedip demi melihat adegan yang seketika menjadi Slowmo.

Lily membeku dengan mata tertutup rapat. Saat merasakan hangat, barulah ia tersadar jika Aloe tengah memeluknya. Bahkan, Lily bisa merasakan detak jantung Aloe di pipinya. Tapi, beberapa detik berikutnya Aloe tidak bergerak juga, justru Lily merasa semakin berat.

BRRUGK!

Tumbanglah Aloe ke lantai. Sontak Lily terkejut melihat Aloe sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Dan itu karena menyelamatkannya. Detik berikutnya, Lily berjongkok lalu mengguncang tubuh Aloe. Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya saat semua orang masih saja menonton di tempatnya masing-masing.

"Tolooong!!!" Lily akhirnya berteriak panik. "Dia pingsan!!!"

Lihat selengkapnya