Fraud, Unleash The Truth

Gilang Riyadi
Chapter #1

Bermula Di Sini

Di salah satu kedai mi yang baru buka sebulan lalu pada kawasan Jatinangor, saat jarum jam pendek berada di angka dua belas, seorang laki-laki muda melangkah cukup cepat setelah memarkirkan sepeda motornya. Di dalam sana ada beberapa rekan kerjanya menunggu dengan porsi makanan di meja yang belum habis.

“Sori gue telat,” kata laki-laki itu sembari memposisikan duduk di antara mereka. “Harusnya barang datang besok sebelum toko buka, ternyata malah malem ini pas toko tutup.”

That’s okay, Mu” jawab salah seorang dari mereka dengan suara pelan. “Apa kabar kamu? Betah di tempat baru?”

Tentu saja bukan itu yang seharusnya didengar Mufti begitu ia tiba. Tiga jam lalu ketika operasional toko tempat kerjanya berakhir dan ia boleh menggunakan ponsel, ada beberapa pesan masuk dari orang berbeda yang salah satunya dari laki-laki usia 28 tahun yang jadi atasannya sebelum ia dimutasi ke Bandung.

Mufti tak akan lupa ketika inti dari pesan-pesan itu membahas satu hal penting yang menjadi akhir karir atasannya. Maka ketika teman-teman di cabang terdahulunya mengadakan pertemuan setelah toko tutup, dengan nekad ia ikut datang meski harus menghabiskan waktu satu jam pada dinginnya tengah malam.

“Itu nggak penting, Pak. Sekarang coba cerita deh kenapa semua bisa jadi kacau gini?” tanyanya setengah panik karena penasaran, menatap satu persatu orang di sana yang masih membisu.

Everything ends here, Mu,” kata atasannya itu yang setengah jam lalu menghabiskan air matanya di sini.

“Pak Gian resign per hari ini.” Satu-satunya perempuan di antara mereka mulai membuka suara. “Lebih tepatnya terpaksa resign.”

Suasana kedai mi yang cukup ramai di tengah malam awal akhir pekan ini justru menenggelamkan mereka pada kesunyian. Semua terlalu berat diceritakan, terlebih lagi tak ada kesempatan kedua untuk memperbaikinya.

“Gue tahu nih semua gara-gara Tori. Dia yang nilep uang sales, tapi malah orang lain yang kena getahnya.” Kini Mufti mulai emosi.

“Mu,” seorang laki-laki seusia Gian dengan rambut belah tengahnya seperti ingin menceritakan sesuatu yang sebenarnya tak sesederhana itu. “Banyak yang hal yang sebenarnya nggak kamu tahu di sini. Apa yang terjadi sekarang begitu rumit.”

Mufti diam, mencoba mendengarkan untuk mencari tahu lebih lanjut kekacauan ini. Maka dari itu laki-laki berambut belah tengah ini menceritakan inti dari permasalahan di tokonya yang menyebabkan Gian harus mundur dari posisinya sekarang.

Lihat selengkapnya