Ini hari pertama toko cabang mereka beroperasional tanpa seorang Supervisor. Untuk sementara Rei lah yang akan mengambil alih memimpin tim. Ada juga Gustav, Branch Manager yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan operasional toko di area Jawa Barat. Laki-laki berusia 33 tahun itu akan lebih sering menghabiskan waktu di sini sampai mendapatkan pengganti Gian.
Meski memang terasa berbeda, segala aktivitas tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Arin masuk di shift pertama di jam 9 pagi dengan menghitung uang kasir yang saat tutup toko disimpan di brankas milik Supervisor atau asistennya.
Sebagai Kasir, perempuan berambut sebahu yang dikucir kuda itu tak boleh sampai salah menghitung dan harus bisa memastikan bahwa uang modal harus berjumlah satu juta. Biasanya akan ada Gian, Rei, atau Tori yang akan menemani untuk melakukan double check. Tapi kali ini hanya ada Rei karena Gian dan Tori secara resmi bukan lagi menjadi karyawan.
Ada hal berbeda ketika Gian yang menemani. Tak sekedar melakukan pengecekan yang memang jadi tugas utama, Supervisor itu selalu punya obrolan hangat untuk membuat situasi lebih santai. Tidak seperti Rei yang terkesan buru-buru, ataupun Tori yang terkadang suka tersulut amarahnya jika kasir, khususnya Arin, melakukan salah hitung.
“Gimana, udah baikan sama pacar kamu?” tanya Gian waktu itu sambil menghitung uang di Kasir 1.
“Udah, Pak. Ya namanya LDR, memang banyak miss komunikasinya,” jawab Arin sambil tersenyum mengingat kembali konflik beberapa waktu ke belakang bersama kekasihnya.
“Kata saya juga apa, harus ada yang ngalah, kan?”
“Bener, Pak. Thank you lho sarannya.”
Kali ini ia harus membiasakan diri menjalani pekerjaan hanya dengan Rei. Well, Gian bukan berarti lebih unggul dari Asisten Supervisor itu, tapi keduanya punya karakteristik yang berbeda. Akan sangat wajar jika ia sedikit merasa kehilangan. Dan siapapun nanti yang jadi pengganti, mungkin belum tentu bisa menjadi seperti sosok Supervisor sebelumnya. Bisa saja lebih baik ataupun sebaliknya.
“Yang kehilangan bukan cuma kamu kok, Rin,” kata Rei pagi itu menghitung uang di Kasir 2. Laki-laki berambut belah tengah itu seakan bisa membaca pikiran Arin dari sorot mata dan gerak-geriknya. “Saya, kita semua pun masih nggak percaya Gian udah nggak di sini.”
Setelah perhitungan uang modal selesai di kedua komputer kasir, aktivitas mereka berlanjut untuk membuka toko dan menyambut konsumen. Kasir akan stand by untuk melakukan transaksi, Promotor membantu mencari barang-barang yang diinginkan konsumen, juga Penanggung Jawab Stok akan melakukan daily check untuk barang-barang yang fast moving.
Sementara itu Rei ditemani oleh salah seorang Promotor akan menuju ATM terdekat untuk menyetorkan uang penjualan di hari kemarin. Jika bukan akhir pekan atau tanggal merah, mereka cukup langsung datang ke bank yang lokasinya persis di seberang toko.
Di ATM tempat menyetorkan uang, tanpa sengaja Rei bertemu dengan Tori. Mereka sempat saling tatap beberapa detik, tapi kemudian Tori membuang muka berpura-pura tak menyadari kehadiran Rei di sana.
“Gara-gara dia tuh toko kita jadi hancur kayak sekarang,” kata Rei berkeluh kesah ke Promotor yang menemaninya.
***