Fraud, Unleash The Truth

Gilang Riyadi
Chapter #4

Interogasi

Ruang brankas di toko tak begitu luas. Hanya berukuran 2x3 meter yang maksimal diisi oleh 5-6 orang saja. Ruangan ini digunakan sebagai tempat menyimpan uang, di mana Supervisor dan dua asistennya memiliki masing-masing satu brankas yang dilengkapi dengan kuncinya.

Setiap tutup toko, salah satu dari mereka akan menyimpan uang di sana. Dan setiap yang masuk di shift 2, maka besoknya wajib masuk shift 1 untuk langsung menyetorkan uang penjualan di pagi harinya. Semua aktivitas ini terus dijalankan selama setahun pertama sejak pertama toko ini berdiri tanpa ada masalah apapun.

Semua mulai berantakan ketika Tori melakukan hal yang seharusnya tak dilakukan. Sebuah kecurangan, kelicikan, hingga ketamakan dilakukan di waktu bersamaan. Sial saja apa yang dilakukannya langsung tercium oleh Gian dan tim lain, membuat dirinya terjebak untuk mengakui semua kejahatan itu.

Apa yang terjadi tak selesai sampai sana. Ada babak baru yang harus dihadapi ketika tim audit datang langsung dari Jakarta untuk melakukan stock opname. Lima hari setelah kegiatan pengecekan stok selesai, diketahui bahwa selisih yang ada di toko yang dipimpin Gian itu ternyata menyentuh angka hingga 200 juta.

Maka di ruang brankas inilah Gian berada bersama dua orang tim audit untuk dimintai keterangan. Mulai dari kasus yang dilakukan Tori, hingga kejanggalan yang terjadi pada selisih stok. Gian duduk menghadap dua orang tersebut mengenakan kaus polo hitam polos dengan celana chino warna coklat yang jadi seragamnya di hari Rabu. Sekilas, ia jadi ingat masa-masa saat sidang skripsi karena akan diberikan banyak pertanyaan oleh dosen penguji.

“Jadi, kamu sama sekali nggak terlibat di kasus Tori?” tanya perempuan yang masih muda itu, mungkin hanya selisih 2-3 tahun di atas Gian.

“Ya jelas, Bu. Saya nggak tahu apa-apa soal itu.”

“Terus gimana kamu menjelaskan ke kami apa yang kamu laporkan itu salah? Nominal yang seharusnya saat itu disetorkan ke bank nggak sesuai dengan apa yang kamu report.”

Gian menarik napas pelan, menatap dua orang di depannya ini penuh kehati-hatian agar tak salah bicara.

“Ke mana uang 5 juta yang nggak disetorkan itu?” tanya tim audit yang satu lagi. Dia laki-laki bertubuh tinggi, berisi, dan berkulit sawo matang. Sepertinya berusia sekitar 40-an.

“Uang itu diambil Tori, Pak. Dan besoknya saya langsung menemui Pak Gustav untuk melaporkan ini.”

“Kalau kamu memang tahu ada kejanggalan dari uang setoran sales, kenapa kamu nggak bilang ke atasan kamu di hari yang sama? Kenapa harus nunggu besoknya?”

“Ibu Nala, saya cuma butuh waktu untuk memastikan. Mengumpulkan semua bukti.”

“Termasuk memalsukan report harian?”

“Saya nggak ada maksud untuk memalsukan. Tori bilang kalau uang 5 juta itu ketinggalan di brankasnya dan akan dikasih ke saya waktu dia masuk di shift 2. Tapi, dia malah nggak masuk.”

“Itu artinya sejak take over uang dari Tori, kamu sama sekali nggak ngecek uang sales yang dipegang sudah kurang sejak awal. Iya, kan?”

Sekali lagi Gian menarik napas dengan keadaan jantung yang bekerja di atas batas normal. Ia tersudut karena spekaluasi yang diberikan oleh tim audit itu benar adanya. Tentang ia yang teledor, salah menginput nominal setoran, hingga menunda melapor ke Gustav.

Maka di celah percakapan itu ingatannya berputar kembali ke waktu ketika awal semua ini berantakan. Gian ingat hari itu ia masuk di shift 2 dan sedang mengerjakan satu kerjaan di komputer ruangannya. Tori masuk dengan setelan khusus hari Senin, kemeja pendek polos warna putih dengan merek toko mereka, lengkap dengan name tag yang selalu tergantung di leher.

Tori menyerahkan sebuah tas kecil yang lebih menyerupai dompet ukuran A5 kepada Gian. Di dalamnya terdapat uang sales yang terkumpul sejak pagi hingga berakhirnya shift 1. Ada yang berbeda dari tingkah laki-laki itu. Dia seperti diburu waktu yang langsung izin pulang dengan alasan hendak ke luar kota.

Gian tak menaruh curiga apa-apa karena meski kadang mereka tak menghitung uang saat take over, hasilnya tidak mempengaruhi jumlah yang memang nanti akan disetorkan. Tidak lebih, apalagi kurang.

“Saya memang tidak menghitung uang tersebut, Pak,” jawab Gian pelan. “Saya pikir jumlah uangnya akan sesuai kayak hari-hari sebelumnya.”

Lihat selengkapnya