Pengungkapan perasaan di puncak bianglala pasar malam itu menjadi momen tak terlupakan bagi Rafli dan Alana. Meski sebenarnya masih jauh dari kata romantis, setidaknya laki-laki berkacamata itu cukup berani berkata jujur pada waktu yang tak direncanakan. Ia juga heran ternyata bisa semudah itu mengucapkannya. Padahal sepanjang malam hari ini sejak keduanya datang, Rafli dilanda keraguan apakah bisa mengungkapkan perasaannya atau justru terus dipendam sampai waktu yang tak ditentukan.
“Kamu nggak perlu jawab, An. Aku… nggak tahu kenapa tiba-tiba bisa bilang gini,” kata Rafli mulai salah tingkah.
Posisi bianglala yang ditempati mereka mulai turun. Alana masih menikmati permen kapas warna merah muda yang hampir habis itu. Dia tertawa menutup mulutnya yang justru terlihat sangat manis bagi Rafli.
“Sa-salah, ya?” tanya Rafli seperti ketakutan.
“Enggak lah, Raf. Kamu tuh lucu kalau panik gini.”
Rafli mengembuskan napas lega karena pengungkapan yang di luar rencana itu setidaknya tidak terlihat aneh atau salah dalam mata Alana. Bahkan jika dilihat dari setiap sinyal yang ia rasakan, seharusnya Alana pun memiliki perasaan yang sama, meski hanya sedikit.
Alana tidak menjawabnya langsung dengan kata-kata sebagaimana yang Rafli lakukan barusan. Ia memilih untuk mendekati wajah Rafli, kemudian mendaratkan bibirnya pada pipi kanan laki-laki itu. Karena terlalu kaget, Rafli hanya mematung tanpa respons menatap Alana yang terus tertawa manis memamerkan gigi rapinya.
Bianglala akhirnya turun karena waktu telah habis. Rafli masih terdiam memegang pipi kanannya seakan menganggap momen barusan adalah mimpi dalam tidur lelapnya. Alana sampai harus menarik lengan Rafli agar kasir minimarket itu keluar dari bianglala, apalagi orang-orang sudah banyak mengantri untuk berganti masuk ke sana.
Di situlah hubungan keduanya resmi berlayar sebagai sepasang kekasih. Meski memang tak banyak berbeda dengan hubungan sebelumnya sebagai teman, setidaknya kali ini ada status baru yang bisa dipamerkan. Berjalan berdua saling menggenggam tangan pun bukan lagi hal yang ragu untuk dilakukan.
Hal yang tak mungkin dilupakan adalah Rafli sering mengirimkan voice note yang isinya menyanyikan ulang sebuah lagu kesukaan Alana. Suaranya tak bisa dibilang jelek, tapi bukan juga profesional yang mampu masuk ke sebuah kompetisi menyanyi seperti Indonesian Idol atau X Factor. Lagu yang biasa dinyanyikan kebanyakan berasal dari dalam negeri dari penyanyi seperti Afgan, Lyodra, Rossa, Jaz, dan masih banyak lagi.
I will always be the one who pull you up, when everybody push you down…
It’s only me… Believe me girl, it’s only me… Yeah it’s only me…
Lagu It’s Only Me milik Kaleb J menjadi pengantar tidur malam itu yang Rafli rekam langsung dan dikirimkan ke Alana. Perempuan itu tak akan bosan memutar nyanyian Rafli berkali-kali hingga ia benar-benar terlelap. Aktivitas inilah yang kemudian menjadi rutin dilakukan seakan Rafli wajib menyetorkan sebuah lagu setiap harinya.
Tapi, malam ini jauh setelah momen kebersamaan keduanya berakhir, Rafli hanya bisa merekam suaranya tanpa dikirim ke siapapun. Ia mengecek folder ponselnya dan melihat banyak rekaman yang hanya jadi sebatas file saja tanpa didengarkan ke orang lain, terutama Alana. Kebanyakan dari lagu yang ia nyanyikan dan rekam sendiri kali ini bukan bertema soal jatuh cinta seperti yang biasa dikirim, melainkan berbalik menjadi lagu galau tanpa kebahagiaan di dalamnya.
Rafli memutar salah satu rekaman suaranya sendiri. Itu lagu Fabio Asher berjudul Tanpa Rasa Bersalah.
Saat hatiku telah percaya… Cinta ini kan selamanya…
Tapi mengapa hatimu berubah… Kau yang berjanji, ku yang terluka…
Dengan ragu ia memilih untuk mengirimkannya ke kontak Alana meski tahu pasti tidak akan ada respons apapun dari perempuan itu. Benar saja, yang mana ini bukan pertama kalinya, file rekaman yang dikirim hanya ceklis satu dengan foto profil kontak yang kosong. Itu artinya belasan file lain yang pernah dikirim sebelumnya pun masih menggantung tanpa pernah diterima.
Rafli berbaring di tempat tidurnya menatap langit-langit kamar yang cukup silau karena cahaya lampu. Jika Alana masih jadi kekasihnya saat ini, pasti kejadian penuh emosi dan amarah di toko barusan bisa langsung diceritakan. Saling berbagi dan cerita hati ke hati, kemudian ditenangkan dengan segala saran yang dulu pernah keduanya lakukan.
“Sekarang kondisi udah nggak kondusif. Intinya gue out dari segala bentuk penyelidikan atau apapun namanya ini. Kita fokus aja sama kerjaan masing-masing. Selesai.”