Fraud, Unleash The Truth

Gilang Riyadi
Chapter #27

Hampir Berakhir

Sebagai Asisten Supervisor, Novan harus bisa mengontrol toko agar kegiatan operasionalnya berjalan baik. Salah satunya adalah dengan memperhatikan display. Mulai dari menyusun gradasi warna dari terang ke gelap, memastikan jarak antar produk di hanger tidak terlalu berdekatan dan jauh, hingga penempatan sesuai kategori. Seluruh poin ini menjadi pilar minimum yang dikontrol setiap waktu dan dilaporkan ke tim Visual Merchandising pusat jika diperlukan. Tim VM inilah yang biasanya akan mengoreksi jika ada ketidaksesuaian dari display yang tim oulet kerjakan.

Sore itu dengan mengenakan kemeja flannel kotak-kotak dan name tag yang terkalung di leher, Novan melihat masih ada barang yang belum didisplay di patung, yaitu produk jaket yang datang minggu lalu. Jika tim VM nanti sampai tahu, pasti akan dikoreksi. Setelah dilihat lebih detail, ternyata ia sadar bahwa kekurangan patung perempuan dewasa di area selling.

Ia ingin menyuruh salah satu timnya untuk pergi ke gudang mengambil patung tersebut, tapi ternyata kondisi toko cukup ramai, belum lagi ada Promotor yang sedang melakukan live shopping. Akhirnya Novan memutuskan pergi sendirian ke gudang belakang dengan membawa kunci yang hanya dipegang oleh leader, tidak dengan tim lain.

Begitu membuka pintu gudang tanpa menaruh kecurigaan apa-apa, Novan kaget bukan main mendapati seseorang yang ia kenal betul sedang duduk bersandar pada tembok dengan kondisi yang benar-benar lemah. Mantan Supervisornya itu memegang bagian perut seakan menahan sakit, ditambah lagi dengan kondisi wajahnya yang babak belur dengan beberapa luka yang harus segera diobati.

“Pak Gian? Kenapa ada di sini, Pak? Kenapa bisa jadi gini?” tanya Novan mendekat, melihat baik-baik setiap sudut luka yang ada di wajah Gian.

“No-novan?” Gian memastikan dengan kesadarannya yang tak sempurna. “Van, hati-hati… sama…”

“Sama siapa, Pak?”

“Rei. Dia jahat, Van. Dia jahat…”

“Saya masih nggak ngerti, Pak. Ada apa sama Pak Rei?”

“Tolong. Tolong te-telepon Tori. Sekarang.”

Meski masih belum mengerti dengan apa yang terjadi anatara Gian, Rei, dan Tori, tapi Novan mencoba untuk mengikuti permintaan Gian yang harus membutuhkan pertolongan ini. Ia meraih ponsel yang ada di saku celana, mengecek nama Tori di kontak, lalu meneleponnya dengan yakin.

Novan?” tanya Tori di seberang telepon yang kebingungan tiba-tiba dihubungi oleh orang yang biasanya menghindari dirinya.

“Pak Tori. Saya lagi sama Pak Gian. Nggak tahu kenapa tiba-tiba dia terkurung di gudang belakang dengan kondisi babak belur dan kesakitan.

Seketika Tori panik dan mengerti situasi yang terjadi di sana. Ternyata Rei melakukan tindakan di luar perkiraannya. Maka ia menjelaskan dengan sangat singkat namun mudah dipahami atas semua yang telah terjadi. Novan kaget ketika tahu bahwa Rei adalah pelaku fraud stock opname toko yang bahkan sudah dilakukan sejak awal toko ini beroperasi tahun lalu. Pantas saja nilai selisih barang itu membengkak besar hingga ratusan juta.

“Terus kita harus gimana, Pak?”

Kamu lihat Rei, Rafli, atau Arin hari ini? Mungkin kamu tahu juga apa yang mereka bahas.”

Novan mengingat kembali beberapa momen hari ini yang berhubungan dengan tiga orang itu. Kalau tak salah dengar, mereka ingin menemui Gustav ke Majalengka. Bahkan Rafli baru saja pergi untuk mengambil mobilnya di rumah.

Novan, kamu mau bantu kita, kan? Cuma kamu yang bisa saya andalkan sekarang.

“I-Iya, Pak. Gimana?”

Ini Ide gila dan penuh risiko. Dengar baik-baik.”

Lihat selengkapnya