Freak Out

Poetry Alexandria
Chapter #8

| 7 | Kelas Fisika


Hessel memandangku tanpa kata. Air mukanya menunjukkan bahwa aku seperti baru saja mengeluarkan pertanyaan tolol yang pernah di dengarnya.

"Gue ... siapa?" ulangnya dengan kedua alis bertautan. Dari nada suaranya aku bisa mendengar ada nada geli yang ditahan.

Aku menarik napas, mencoba mengabaikan responnya yang jelas terasa menyebalkan. "Ya, lo siapa sebenernya? Kenapa lo bisa tahu banyak soal gue? Dan sikap lo juga selalu nyebelin. Apa lo benci sama gue?"

Hessel menyunggingkan senyum yang sialnya, senyuman itu amat menyempurnakan wajah malaikatnya. Dalam artian, dia memang amat mempesona. Tapi, hei! Itu bukanlah hal yang bisa mengubah pemikiranku terhadap perangai buruknya.

Pokoknya aku sangat-sangat-sangat membencinya!

"Kenapa lo bisa berpikiran begitu?" tanyanya sejurus kemudian.

"Ya, karena lo aneh."

Dan dengus tawa yang sejak tadi ditahan Hessel akhirnya terdengar, tapi cowok itu langsung mengubahnya menjadi dehaman pelan lantaran Pak Simanjuntak yang sedang menerangkan materi di depan kelas menatap ke arah kami.

Dia tak menjawab perkataanku. Hanya menatapku dari kedua matanya yang bila kuperhatikan dengan seksama memiliki iris berwarna cokelat terang. Untuk beberapa saat, kami saling beradu tatap. Aku tidak tahu kenapa harus melakukan hal yang menyebabkan jantungku dua kali lipat berdebar kencang. Tetapi, aku memang harus melakukannya karena bila aku mengelak, itu artinya dia menang dalam pertarungan adu tatap beraura intimidasi ini.

"Well, Ariela," katanya menyebut namaku dengan aksen luar biasa lembutnya dan membuat bulu kudukku sukses merinding. "Nggak ada alasan gue untuk membenci lo, 'kan? Gue baru pindah kemari dan kita kenal nggak lebih dari satu minggu. Kenapa lo ngerasa gue ngebenci lo, hmm?"

Bila ditanya apa yang kurasakan saat ini, jujur aku merinding dan bergidik secara bersamaan. Aku bisa melihat kilatan ganjil di kedua mata cokelat Hessel dan membuatku sedikit menggeser tempat dudukku agak menjauh.

Hessel menaikkan sebelah alis melihat reaksiku yang mungkin sedikit berlebihan, tapi dia tak mengatakan apa-apa. Lagipula aku juga masa bodoh dengan tanggapannya, sebab bagiku dia memang menyimpan sesuatu dan jelas memiliki getaran berbahaya. Jadi aku perlu menjaga jarak dengannya.

Sementara Pak Simanjuntak masih menerangkan pelajarannya di depan kelas, aku mengambil alat-alat tulisku dari dalam tas dan duduk menghadap lurus ke depan tanpa pernah menoleh lagi ke arahnya.

"Jadi, Anak-anak," kata guru pria dengan kumis tebal dan kepala setengah plontos itu setelah selesai menerangkan. "Sebelum kita memulai praktek Hukum Newton tentang Gerak dan Gravitasi sebagai materi kali ini, Bapak ingin menjelaskan bahwa semester ini kalian harus duduk bersama teman kelompok sesuai dengan yang Bapak bagikan selama pelajaran Bapak."

Terdengar suara erangan di sepenjuru kelas. Sebagian merasa tidak setuju karena mendapat teman kelompok yang tidak disukai, terutama Sena yang jelas-jelas sebal karena harus menjadi teman kelompok Aji, musuh bebuyutannya. Gadis itu sempat menoleh ke arah tempat dudukku dan memasang mimik cemberut.

"Dan setiap habis materi, kalian harus berdiskusi dengan teman kelompok kalian untuk membuat laporan praktiknya dalam bentuk makalah. Bapak akan menjadikan nilai kelompok ini sebagai nilai wajib semester. Jadi, bekerja samalah dengan teman kelompok kalian. Jika ada kendala, laporkan pada Bapak dan Bapak tidak akan meluluskan nilai yang anggota kelompoknya tidak ikut berpartisipasi."

Erangan kedua kembali membahana. Kali ini lebih kencang.

Aku sendiri merasa tugas kelompok ini sangat menyulitkan. Bagaimana mungkin aku harus satu kelompok sepanjang semester ini dengan Hessel yang notabene adalah musuhku?

Kulirik Hessel yang masih tampak kalem duduk di sebelahku sambil bersedekap. Wajahnya tanpa ekspresi. Jelas dia kelihatan tak berminat sedikit pun untuk ikutan menimbrung kericuhan yang tengah terjadi di sekeliling kami. Padahal kupikir dia akan memprotes paling lantang soal ini karena tak suka sekelompok denganku.

Lihat selengkapnya