FREEZE HEART

rekhasandy
Chapter #3

|Sampah|

"GUE INGET! LO COWOK BERJAKET YANG TADI NABRAK GUE DI KORIDOR KAN?!" Tuding Kay dengan suara keras. Tangannya menunjuk mantap cowok itu.

Seisi kelas menatap aneh kearahnya.

Cowok tersebut malah menoleh ke arah lain, berpura-pura tidak mengenal gadis di sebelahnya. Ralat! Sejujurnya ia memang tidak mengenal orang aneh itu. 

"Kay!" Interupsi dari depan membuat gadis itu kontan menoleh ke sumber suara. Terlihat Bu Shofa dengan air muka garang menatap ke arahnya. 

"Sekarang kita lagi belajar, bukan lagi nonton pertandingan sepak bola!"

"Ya emang kita lagi belajar Buk, mana bisa main bola di dalam kelas?!" Ujar Kay polos seperti biasa.

"Lalu ngapain kamu teriak seperti suporter sepak bola?"

"Saya bukan suporter sepak bola, Buk. Lagian saya gak suka bola."

"MIKAYLAAAA... GRASELLAAAA...!" Pekik Bu Shofa dari depan kelas. Semua murid menutup telinga, khawatir gendang telinga mereka pecah jika harus mendengar teriakan Bu Shofa yang membahana. 

"Ssst! Kay, apa lo gak ngerti?" Bisik Wizy.

"What?" 

"Intinya lo diem!" 

"Oh, oke." Kay mengangguk paham lantas menunduk.

Bu Shofa adalah walikelas Kay dan beliau sudah paham betul bagaimana sikap Kay. Meskipun baru beberapa bulan, beliau justru sudah mengenal Kay semenjak ia duduk di kelas X. Mengingat Kay merupakan siswi yang menjadi topik utama di setiap pembahasan ketika guru-guru di kantor membicarakan masalah keterlambatan. 

Kay duduk dengan bertopang dagu. Ia melirik sekilas, keadaan kelas sudah kembali kondusif. 

Sejauh matanya memandang, semua murid sedang memperhatikan Bu Shofa yang sedang menerangkan pelajaran. Termasuk cowok berjaket di sebelahnya. 

Kay menghembuskan napas kasar. Ia mulai bosan. 

Tiba-tiba, gadis itu tersenyum. Jika boleh dianalogikan, saat ini sebuah bola lampu sedang menyala di atas kepalanya. Ia merobek selembar kertas lalu menorehkan sederet kalimat di atas sana.

"Ssst!" Kay menyerahkan kertas itu secara diam-diam kepada cowok di sebelahnya. 

Cowok itu tidak tertarik untuk membaca bahkan melirik ke arah kertas di mejanya. Ia justru membalik buku yang ia baca. 

Sombong banget nih cowok! Untung ganteng, kalo gak udah gue jambak dari tadi. Sabar Kay, sabar! Kay merobek sehelai kertas lagi dan menulis kalimat yang sama.

Masih tidak ada respon.

Dia gak tahu siapa gue! Dasar anak baru! Harus dikasih pelajaran! Kay untuk ketiga kalinya merobek kertas miliknya. Kali ini ia menulis sesuatu yang berbeda. Ekspresinya pun kentara betul kalau ia sedang geram. Penanya bergerak tegas di atas secarik kertas tersebut.

Setelah selesai, Kay melipat kertas itu kasar. "Ssst!" Kemudian melemparnya hingga mendarat di meja sebelah.

Srek!

Suara kursi yang digeser menyita perhatian Kay. Cowok di sebelahnya bangkit dengan tegapnya. Ia mengacungkan tangan, "Permisi."

Bu Shofa yang sedang asik menerangkan, mengangguk sekilas dan kembali bercerita riang seputar materi pembelajarannya.

Dengan gerakan cepat hampir tak terlihat, cowok itu mengambil tiga lembar kertas yang ada di mejanya dan berlalu pergi.

Kay melongo melihat sikap aneh cowok itu. 

"Ssst, Wizy!"

Lihat selengkapnya