Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #2

Dapat Bonus dari Arjun

Uuuffh ... Saka menghela nafas lega saat tiba di kamar bernuansa laki-laki banget itu. Menyandarkan diri di balik pintu dan bersyukur bisa lepas dari kuliah empat SKS Om Satria.

Pagi-pagi Om Satria sudah membuatnya pusing, menambah bebannya yang memang sedang berat saat ini. Gimana nggak berat- kemarin malam sepulang dia dari kamar Arjun- Mama dan papanya muncul di dalam kamarnya dengan berita yang sungguh mengejutkan. Papanya dipindah tugaskan menjadi bagian dari perusahaan pusat Danone. Seharusnya itu kabar yang sangat menyenangkan- artinya kerja keras papanya selama ini di perusahaan itu terbayar.

Danone menjadi nama pertama dari perusahaan asal Perancis yang sangat populer di Indonesia. Danone merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman terbesar di dunia. Perusahaan asal Perancis ini memegang beberapa brand terkenal seperti aqua, evian, volvic, dan lainnya.

Danone didirikan pada tahun 1915 oleh Isaac Carasso menurut Paman Google. Dalam perkembangannya, Danone kini telah hadir di seratus tiga puluh negara di dunia. Danone Indonesia sendiri memproduksi beberapa minuman seperti aqua dan vit (air mineral), mizone (minuman isotonik), biskuit dan sereal. Silahkan cek di rumah kamu ada jenis produk apa saja yang dinaungi merk Danone.

Tapi kemarin malam setelah Saka mendengar kabar yang seharusnya membahagiakan buat papanya itu, Saka malah menangis bombastis paling pilu seumur hidupnya ketika papa dan mama mengatakan akan pindah ke Perancis dan mengajaknya ikut.

Mungkin dia terlalu nasionalis. Teramat cinta Indonesia dan segala produknya termasuk makhluk dihadapannya ini ... Saka menatap sosok tampan itu dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan mata melotot dan jantung berdegup kencang. Arjun terduduk polos tanpa sehelai pakaian pun di atas ubin kamar ... Layaknya patung dari zaman renaisans atau foto model porno di majalah dewasa sekaliber popular dan playboy.

Cowok itu tanpa menyadari keberadaaannya tengah melempar dengan kesal bola bekel warna-warni yang bila dilemparkan akan mengeluarkan cahaya kerlap-kerlip. Saka mendesis senang saat melihat benda itu. Dia nyaris berpikir bola bekel itu telah hilang dari muka bumi, tapi ternyata ada di kamar Arjun.

Dulu di masa Sekolah Menengah Pertama dia pernah menganggap bola itu jimat keberuntungan karena setiap teman-teman mengajaknya bermain bekel dengan kerang-kerang mungil, dia akan selalu menang saat bermain dengan bola itu dan kalah dengan bola lain dan kini dia memang harus mengakui bahwa bola itu membawanya pada perutungan. Bola itu membuat dia melihat pemandangan yang sangat eksotis ini. Kapan lagi coba bisa melihat Arjun telanjang di usia dewasa ... Lalu di detik selanjutnya mata mereka saling bertaut.

"Saka! Kenapa kau bisa masuk ke sini?!" Ajun memekik begitu keras seakan baru saja melihat hantu. Saka yakin suaranya bahkan sampai ke lantai bawah dan mendengar tak ada suara pekikan protes dari lantai bawah, Saka meyakini Om Satria dan Tante Kamila benar-benar telah pergi. Diantara riak kekagetan yang jelas terpampang di wajah cowok itu, Saka menunjuk pada pintu kamar seadanya bahkan tanpa mengalihkan pandangannya dari diri Arjun. Seakan menjelaskan dia masuk dari pintu kamar, menyadarkan Arjuna bahwa dia jelas-jelas alpha mengunci pintu kamar tidurnya tadi malam dan membuat makhluk cantik di hadapannya ini bisa masuk seenaknya ke dalam kamarnya. Biasanya hal itu tidak masalah buat Arjun, tapi kini menjadi masalah besar buatnya.

"Wow besar juga." Saka mengeluarkan kata itu tepat beberapa detik sebelum pekikan keras terdengar kembali dari mulut Arjun:

"Apanya yang besar?!" Arjun memekik lalu menatap ke arah tatap mata Saka. Kemudian menyadari hal yang tak dia sadari tadi: dia telanjang dan Saka melihat seluruh tubuhnya dan ini benar-benar keadaan yang sangat-sangat memalukan. "Berhenti menatapku seperti itu, Saka!!! Tutup matamu!!!!" Arjun memekik lalu berdiri. Menarik bedcover dalam sekali hentakan dan memakaikan benda itu ke tubuhnya. Rasanya lucu melihat kepanikan Arjun seperti ini- pikir Saka sambil menuruti ucapan Arjun. "Bintitan baru tau rasa." Arjun masih mendumel sambil mencoba bergerak dengan susah payah menuju lemari pakaian.

"Yaelah, santai, Boy. Kayak Saka nggak pernah melihat kamu dalam posisi seperti itu saja. Pake acara malu segala," Saka terkikik geli saat membayangkan lototan mata Arjun yang menyeramkan. "Udahan belum? Saka udah bisa buka mata-kan?"

"Kapan kamu pernah lihat aku begini?" Bukannya menjawab, Arjun balik bertanya.

"Sampai kelas dua SD seingat Saka- Arjun masih suka lari bugil sehabis mandi. Lagian waktu kita SD kita sering mandi bareng di kolam renang kamu." Saka ingat kejadian itu kembali.

"Itu saat aku masih anak-anak!"

"So, apa bedanya? Cuma beda besarnyakan?" Saka tertawa cekikikan sambil membuka sebelah matanya, mengintip sang sahabat dan menemukan mata Arjun melotot menatapnya lalu di detik selanjutnya sebuah bantal melayang keras ke wajah cantik Saka yang kemudian memekik.

"Dasar mesum," dumel Arjun sambil mencoba bergerak menuju lemari pakaiannya dengan susah payah. "Mulai sekarang: ketuk pintu kalau masuk kamar aku. Buat jaga-jaga mana tahu aku kelupaan bawa handuk lagi atau sedang berganti pakaian." Saka tak menjawab, dia menatap Arjun yang melangkah dengan susah payah lalu keusilan muncul di kepalanya. Diam-diam Saka melangkah dan menginjak kain bedcover yang terseret di belakang tubuh Arjun. Hasilnya pekikan keras disertai caci maki keluar dari mulut Arjun saat cowok itu jatuh mencium lantai kamar. "Saka! Aku habisin kamu kali ini! Cewek sinting! Mesum!" Saka terbahak-bahak. "Aku laporin kamu kepolisi dengan delik pelecehan!"

"Aku yang harusnya ngelaporin kamu pakai undang-undang pornografi. Seenaknya melakukan aksi nudisme di depan aku."

"Aku nggak berniat melakukan aksi pornografi atau nudisme di depan mata kamu. Bukan untung, rugi aku!"

Lihat selengkapnya