"Arjun? Tumben kamu udah bangun pagi-pagi begini?" Suara sang mama membuat Arjun yang baru saja selesai menyiapkan dua gelas capuccino sachet sambil menguap lebar tersentak. Rasa ngantuk masih menerjangnya dengan hebat gara-gara kehadiran Saka kemarin malam di kamarnya benar-benar mengganggu tidurnya.
"Iya, Ma. Lagi lembur meriksa kerjaan adik stambuk." Arjun berdusta berharap mamanya percaya. Wanita itu menelaah penampilan sang putra dari ujung kaki ke ujung kepala. Kemudian menyadari Arjun bahkan tidak mengenakan piyama tidurnya. Jelas-jelas jatuh tertidur karena kesibukan mengerjakan pekerjaannya sebagai Asdos.
"Ohhh, udah waktu ujian semester ya?"
"Belum, Ma cuma kuis." Arjun melangkah membawa dua gelas cappucino ditangannya.
"Kok bawa dua?"
"Malas turun ke bawah lagi, Ma, masih banyak yang harus dikerjain," dustanya lagi. Mama mengangguk paham.
"Jangan suka bergadang. Kalau sudah selesai memeriksa kuis adik-adik kelas kamu, jangan tidur. Sarapan dulu."
"Siap, Ma." Arjun berkata sambil bergegas kabur dari hadapan di mamanya. Bisa bahaya kalau mamanya mulai bertanya panjang, Arjun takut keceplosan dan memberitahu mamanya jika Saka ada di kamarnya.
Arjun meletakkan dua gelas capuccino yang dia bawa dari dapur ke meja belajarnya sambil melirik Saka yang masih tertidur di atas karpet kamar padahal dia telah membangunkan Saka tadi sebelum turun ke bawah dan meminta sahabatnya itu naik ke atas ranjang. Namun nyatanya Saka masih terlelap dengan memeluk erat guling diantara kedua pahanya. Arjun menggelengkan kepala sebelum perlahan mendekati sahabatnya itu. Kakinya menendang pelan kaki Saka.
"Saka, bangun. Jangan kayak kebo deh lo." Bukannya bangun gadis itu tetap terlelap. Sekali lagi Arjun menendang pelan pangkal paha Saka yang terbungkus selimut, tapi gadis itu tetap tak bergerak. "Saka, gue tahu lo dengar gue." Arjun berjongkok di sisi Saka yang tetap diam. Lalu keusilan muncul di pikiran Arjun.
Dia meraih selembar tisu dari kotaknya yang ada di atas meja belajar dan mulai mengganggu tidur sahabatnya itu. Menggelitik lembut kulit wajah Saka dari pipi, telinga, bibir sambil menahan tawa. Sesekali Saka mencoba menepis gangguan itu dan membuat Arjun geli sendiri sampai kemudian dia menyentuh hidung Saka dengan lembar tisu yang menyebabkan gadis itu menggeliat dengan cepat dan tanpa sadar memukul wajah Arjun.
"Saka! Isshhh," Arjun mengumpat kesal sambil mengelus pipinya yang terkena timpukan Saka sementara gadis itu telah membuka matanya dan menatap Arjun heran.
"Kamu kenapa?"
"Masih berani lo nanya gue kenapa? Lo nimpuk gue barusan. Dibangunin malah mukul orang. Kebiasaan deh. Lo kayaknya titisan preman."
"Ihhh. Masih pagi tahu. Jangan cari ribut. Ngomong Lo sadis. Gue-kan nggak sengaja." Saka bangkit duduk dan segera memeriksa pipi sahabatnya itu yang memang meninggalkan sedikit bekas merah. "Sakit, ya?"
"Ya, sakitlah."
Jelas Saka segera menyadari kesalahannya, dia menatap Arjun dengan puppy eyes-nya. "Sorry. Jangan marah, ya?" Dia mendekap dua telapak tangannya membentuk isyarat permohonan. Namun bukannya menerima maaf Saka, Arjun memilih beranjak pergi menuju ke lemari pakaiannya. Membuka lemari itu. Saka buru-buru mengikutinya. "Jangan marah, ya."
"Lo kebo kalau tidur." Saka ingin protes mengingatkan cowok itu agar sadar diri bahwa Arjun lebih parah dari dirinya. Baru bangun sekali lebih cepat dari Saka saja udah sombongnya sampai nggak sadar diri. Namun pembelaan dirinya pasti akan berakibat kemarahan yang lebih besar dari cowok nggak tahu diri di depannya yang walau nggak tahu diri, tapi tetap saja terganteng di mata Saka. "Kalau mau nginap di kamar gue-lo wajib bangun cepat sebelum gue bangun." Arjun bicara totaliter. Namun tidak mendapatkan perhatian Saka. Gadis itu asyik menikmati wajah ganteng Arjun.
Merajuk aja Arjun ganteng banget, Saka membatin. Dua bibirnya terkuak membentuk busur. Tepat ketika itu mata Arjun berbenturan dengan tatapan ganjil dari sahabatnya itu. Dia menatap Saka ngeri.
"Dah kumat lo? Belum makan obat?" Ketusnya saat menarik satu handuk dari dalam lemari pakaian."Kalau mau nginap di sini bangun yang cepat. Jangan kebo lagi."
"Iya deh. Apa sih nggak buat calon suami." Arjun melotot menatap wajah Saka yang cengengesan lalu di detik selanjutnya telah menoyor jidat sahabatnya itu hingga Saka mengaduh kesakitan sambil memegangi keningnya.
"Ngomong itu jangan ngasal. Pake otak."
"Isshhh .. issshhh, ganteng-ganteng bego. Ngomong itu pake mulut, Pak Asdos. Gimana mahasiswa bisa pintar kalau ditinggal kuliah sama Asdos kayak gini." Saka memeletkan bibirnya dan Arjun segera mengangkat tangan untuk menggetok kepala gadis itu. Namun gagal karena Saka segera menghindar. Tawa penuh kemenangan terlihat di wajah cantik Saka. "Dan aku beritahu seharusnya kamu itu bangga karena wanita secantik aku mau bersanding sama kamu." Saka menyambung ucapannya dari jarak terukur pada cowok itu dengan wajah bangga. "Banyak loh cowok yang ngantri untuk mau jadi pacar aku."
"Bagus deh kalau ada yang ngantri buat jadi pacar kamu jadi aku nggak perlu repot lagi jagain kamu." Arjun berkata ketus sambil beranjak menuju kamar mandi.