"Nggak, Nita. Saka belum ada kesini," Mama Arjun lah yang mengatakan itu. Wajahnya jelas terlihat sedikit heran saat menemukan mama Saka yang tak seperti biasanya pagi-pagi sudah berkunjung ke rumahnya. ā€¯Memangnya ada apa?" Mama Saka menjawab pertanyaan itu dengan menjulurkan surat yang Saka tulis. Menghentikan kesibukannya memasak sarapan, mama Arjun meraih kertas yang terjulur di hadapannya itu.
"Saka minggat?" Suara penuh kecemasan dan keterkejutan itu terdengar bersamaan dengan munculnya papa Arjun. "Ada masalah apa sebenarnya?"
"Hei,Nita. Tumben pagi-pagi udah kesini? Mana Saka?" Kepala papa Arjun terlihat celingak-celinguk mencari sosok gadis itu.
"Saka hilang, tapi dia meninggalkan surat pemberitahuan bahwa dia minggat dari rumah." Mama Arjun menyodorkan surat yang berada tangannya pada suaminya itu yang sambil meyeruput kopinya membaca surat itu.
"Kenapa dia minggat?"
"Seminggu yang lalu Andreas mendapatkan promosi ke kantor pusat di Paris dan Andreas ingin kami semua ikut serta termasuk Saka. Tapi..."
"Saka ingin tetap di Indonesia?" Mama Arjun menyambung dan mendapatkan anggukan kepala mama Saka. "Terus kalian maksa dia ikut?"
"Papanya tuh."
"Kenapa harus dipaksa sih. Kalau Saka mau tetap disini kan nggak apa, ada kita juga. Kita bakal jagain Saka kok. Saka itu udah kayak anak kita sendiri. Iyakan, Pa?"
"Iya, Nit. Biarin Saka disini saja, kalau perlu kita siapain ..."
"Sudah ketemu dengan Saka?" Suara itu mengejutkan ketiganya. Papa Saka muncul dari ambang pintu samping dapur rumah Arjun. Menghentikan pembicaraan ketiganya.
"Saka nggak ada disini, Dre."
"Kalau begitu aku akan tanya Arjun. Dia dimana?"
"Masih di kamarnya sepertinya. Katanya sedang memeriksa tugas adik kelasnya."
"Aku akan bertanya padanya dimana Saka." Papa Saka melangkah.
"Menurutmu dia tahu dimana Saka?" Papa Saka hanya menoleh sejenak pada papa Arjun seakan sebuah jawaban. Ya, kapan Arjun tidak tahu dimana keberadaan Saka seperti kapan Saka tidak tahu keberadaan Arjun. Mereka sudah seperti lem dengan prangkonya walaupun kali ini tidak bersama, tapi jelas Arjun bisa tahu keberadaan Saka. Langkah papa Saka segera diikuti oleh Mama Saka serta kedua orang tua Arjun.
"Dah nggak sakit lagikan? Jangan marah." Suara itu membuat dua pasang suami istri yang baru saja tiba di depan pintu kamar Arjun terhenti. Mereka jelas mendengar suara Saka. Keempatnya berpandangan lalu kemudian pekikan senang terdengar lagi dari dalam kamar: "Capuccino. Sarapannya mana? Perut aku lapar."
"Mama sama Papa belum pergi nanti ..."
Tok ....Tok .... Suara ketukan pintu itu membuat Saka menyemburkan capuccino yang ada di mulutnya dan membuat Arjun seketika menegang. "Arjun, ini ada Om Andreas dan Tante Nita."