Prang! Prang! Suara keras itu membuat Arjun berlari kencang memasuki dapur dan menemukan Saka terduduk di lantai dapur dengan teplon dan telur mata sapi yang tak masak sempurna berserak di sisi sahabatnya itu.
"Saka, lo nggak apa-apa?" Arjun berlari kencang menuju ke tempat Saka, tangannya yang mahir segera bergerak mematikan kompor gas yang menyala penuh saat dia berjongkok dan mulai memeriksa keadaan sahabatnya itu. "Kenapa ini bisa terjadi?"
"Gue lapar," ucapnya dengan wajah cemberut sambil memegangi perutnya yang mulai bersuara."Gue cuma mau ... masak telur ceplok, tapi waktu nyari spatula di lemari atas, gue malah kejatuhan telpon plus telur yang lagi dimasak."
"Ngapain lo masak? Biasanya juga lo makan sarapan yang dibuatin Mama gue," Arjun terdengar kesal dan kwatir. Ada percikan minyak yang mengenai kulit kaki Saka. "Lo kena minyak panas tau." Buru-buru Arjun menuju salah satu laci lemari dapur. Geraknya membuka laci-laci itu terlihat buru-buru dan penuh kekuatiran. Dua menit kemudian dia membawa sebuah salep luka bakar dan segera berjongkok di sisi Saka. Mengobati sahabatnya itu.
"Tapi pagi ini Tante Kamila nggak ada ninggalin sarapan buat kita ... maksud gue buat lo. Kan Tante nggak tahu gue disini. Kayaknya cuma masak buat Om. Makanya gue masak. Buat lo juga." Arjun membisu. Matanya menatap sahabatnya itu sejenak.
"Dah. Duduk manis aja di sana. Gue yang masak."
"Beneran?" Mata Saka berbinar.
"Kapan sih gue bohong sama lo?" Saka tersenyum, menyingkir, menarik kursi dan duduk di depan meja yang ada di tengah dapur sedang Arjun segera membereskan kekacauan di lantai dapur karenanya. "Gue rasa ada nasi dua hari lalu di kulkas," Arjun bicara sambil meraih beberapa peralatan masak dan mulai menyusunnya pada tempatnya. Talenan di meja yang ada di tengah dapur plus beberapa bumbu masak semacam bawang merah dan putih, sementara wajan dan spatula telah bertengger di atas kompor. "Lo nggak keberatankan kalau gue masak nasi goreng?" Arjun melirik pada Saka sejenak saat meraih nasi yang dia maksud dalam wadah tertutup soalnya kemarin mereka juga sarapan nasi goreng.
"Nggak. Gue bisa makan apa pun sekarang. Gue lapar. Pake banget."
"Bagus deh." Arjun kemudian telah disibukkan dengan kegiatan mengupas bawang merah, bawang bombai dan bawang putih, dan dilanjutkan mengiris kasar bawang bombai dan memotong daun pre dan beberapa batang sosis yang tersisa di kulkas diantara suara berisik mesin blender yang berjuang menghaluskan keluarga cabe-cabean dan bawang-bawangan.
Arjun terbiasa hidup mandiri. Papa dan mamanya bekerja dan sejak asisten rumah tangganya resign karena ketiban rejeki nomplok setelah memenangkan undian tabungan berhadiah di bank dia sering ditinggal sendirian di rumah, awalnya dengan masakan yang telah dimasak sang mama sedari pagi. Tapi taukan Arjun nggak suka makan makanan dingin? Jadi sejak sekolah menengah pertama mulailah dia belajar memasak sendiri. Masak nasi goreng seperti saat ini tentunya bukan hal yang sulit bagi seorang Arjuna Wisesa.
"Ada yang bisa gue bantu?"
"Duduk aja. Lo laparkan? Makin banyak gerak bakal makin lapar."
"Gue maksa." Saka telah berdiri di sisi Arjun yang telah sibuk menumis bumbu nasi goreng. "Nggak enak gue lihat lo sibuk karena gue kelaparan. Kayak suami gue aja, padahal kan baru calon. Hehehehe."
Arjun memutar bola matanya menatap Saka yang tertawa kecil. Lalu memilih mengubah pembicaraan itu. "Nih kocokin telurnya. Biar lo sibuk dan berhenti nge- bullshit terus ambilin gue kecap, saos tiram, garam, merica dan kaldu bubuk." Arjun berceletuk sambil terus mengaduk nasi di wajan.
"Gue cuma bergurau lagi. Sewot aja lo kalau gue goda. Pantas jomblo seumur hidup lo. Kalau bukan karena gue ada di sisi lo orang udah ngomongin lo jeruk makan jeruk." Saka berkata sebelum bergerak cepat sesuai perintah Arjun. Selalu menjadi kaku jika dia mencoba mengungkapkan perasaannya.
"Berisik lo. Cepetan ambilin apa yang gue bilang. Nasi goreng gue bisa gosong karena lo kayak keong."
"Ya, ampun apinya dikecilin kan bisa. Berhenti merepet terus. Setahu gue disini yang jadi perempuan gue, tapi kenapa lo yang berisik amat?"