Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #10

Di Bawah Pengawasan Orang Tua

Saka melirik jam di dinding kamar Arjun. Sudah jam dua dini hari, Arjun belum kembali ke kamar usai turun buat nobar liga Inggris dengan papanya Om Surya dan entah berapa puluh kali Saka mondar-mandir antara balkon hingga depan pintu kamar tidur Arjun.

Dari kamar Arjun dia bisa melihat kamarnya yang terlihat terang. Jelas mama atau kakaknya- Andrea atau Bik Narsih lah yang menyalakan lampu kamarnya setiap malam hari tiba. Seakan dia masih ada di sana. Ini adalah hari ketiga kepergiannya dari rumah. Tak ada kehebohan dan kegaduhan, Saka bahkan kini bertanya-tanya apakah papa dan mamanya telah melaporkan kepergiannya ke kantor polisi atau bahkan tidak sama sekali.

Dua hari yang lalu dia bahkan tanpa sengaja melihat dari balik tirai balkon saat mamanya pergi ke arisan, masih serempong biasanya. Papa masih sibuk dengan pekerjaannya dan kak Andrea bahkan masih hangout bareng teman-temannya. Cekikikan di teras rumah sebelum pergi hangout- seperti biasanya seakan tidak ada yang hilang padahal kan dia hilang .... Paling tidak mereka tahunya dia hilang. Kabur dari rumah. Seharusnya kan dicariin. Bukannya dicuekin kayak gini.

Uhhhgggh. Saka jadi bete sendiri. Saka meraih ponselnya dan mulai mengetik pesan.

Arjun, gue rasa gue bukan anak nyokap dan bokap gue.

Send.

Lo ngerasa nggak sih gue nggak mirip sama nyokap gue?

Send.

Bokap gue selalu kesal sama gue.

Send.

Dari kecil gue dibedain dari Kak Andrea. Nama aja beda. Kak Andrea pake nama papa gue sementara gue cewek .... malah dikasih nama cowok. Dibedain banget kan?

Send.

Arjun mengacuhkan pesan yang muncul di layar ponselnya. Laga Setan merah melawan Gunners lagi seru-serunya. Walaupun Arjun bukan pengabdi setan, tapi dia adalah Manchunian sedari dulu di saat masa kejayaan si setan merah di bawah managerial Sir Alex Ferguson bahkan walaupun saat ini performa si setan merah menunjukkan penurunan yang signifikan, sebagai seorang fans berat walaupun jelas Arjun tidak sudi disamakan dengan hooligan- Arjun masih pada eforia masa lalu dan kesetiaan berat pada tim kesayangannya itu.

Martin Odegaard yang merupakan motor serangan sekaligus kunci permainan Arsenal pada laga ini tampak tak bisa bergerak. Betapa Arjun senang untuk itu. Sepanjang laga, ia hanya mengemas satu tembakan dan itu pun tidak tepat sasaran. Suara pekikan keras Arjun terdengar saat Odegaard gagal menyelesaikan tembakannya dan membuat wajah sang papa cemberut.

Arjun. Kok pesanku dicuekin?

Send.

"Angkat tuh ponsel kamu berisik amat sedari tadi." Arjun menyengir lebar. Kalau papanya lagi senewen gitu deh. Malas mendebat sang papa, Arjun meraih ponselnya yang terletak di atas meja kaca yang berada di depan mereka. Meja itu dipenuhi kulit kacang dan beberapa botol minuman kaleng yang telah habis. Tapi omong-omong memang sedari tadi ponselnya berbunyi terus. Siapa yang berkirim pesan padanya tengah malam begini? Nggak mungkin Saka-kan? Tapi nggak mungkin juga orang lain.

Arjun menatap layar ponselnya dan menemukan deretan pesan teks yang cukup banyak dari satu nama. Nama siapa lagi kalau bukan nama makhluk yang kini mengambil kekuasaan mendiami kamar tidurnya. Membaca pesan teksnya kayaknya makhluk itu tengah diliputi kegalauan. Arjun mengalihkan pandangannya sejenak pada sang papa yang nampak serius menatap layar televisi sebelum beranjak sedikit menjauh dari tempat duduk papanya. Dia segera menghubungi Saka.

"Kenapa belum tidur?"

"Nggak bisa tidur." Saka mengadu. "Arjun, kayaknya aku bukan anak Papa dan Mamaku."

"Wahh. Baguslah akhirnya kamu sadari itu kan kamu anak yang dipungut di tepi jalan di malam Jum'at Kliwon yang ..."

"Arjun! Aku serius!" Saka memekik keras. Sewot karena disaat dia begitu serius Arjun malah membawanya pada bercanda. "Udah deh malas bicara sama kamu. Ponselnya aku tutup ...."

"Eiiittts ... Sorry. Sorry." Buru-buru Arjun memotong ucapan Saka dan mencoba membujuk gadis itu agar tidak marah lagi. "Cuma bergurau. Jangan marah, ya. Sekarang aku serius deh. Kenapa kamu berpikir seaneh itu? Kenapa kamu berpikir kamu nggak mirip dengan Tante Nita?"

Lihat selengkapnya