"Ehhhh, kamu siapa?!" Kevin memprotes, "datang-datang main hajar aja."
"Kamu yang siapa? Berani kamu lecehkan Saka ..." Arjun memekik. Dua es krim cone yang tadi dia pegang telah terjatuh di lantai lapangan basket. Saka menatap nasib es krim itu dengan senyum. Bolehkan dia merasa: segitu sayangnya, ya, Arjun padanya?
"Wait. Wait. Siapa yang melecehkan? Gue? Itu ciuman tanda cinta. Gue pacar Saka." Arjun seketika mengalihkan pandangan pada Saka.
"Nggak. Nggak." Saka mengayunkan telapak tangannya buru-buru. Entah kenapa dia takut Arjun salah paham.
"Calon pacar maksud gue. Lo taukan Saka: Gue cinta lo? Gue cinta Saka!" Kevin yang norak berteriak keras mengagetkan Saka dan Arjun. Beberapa orang yang melintasi lapangan basket juga menoleh karena suara itu.
"Kamu cinta nggak sama dia, Saka?" Arjun bertanya membuat Saka berada pada dilema. Dia harus jawab apa? "Kamu cinta dia nggak?" Suara Arjun nggak naik satu oktaf. Namun tatapan matanya membuat Saka entah bagaimana merasa nggak nyaman.
"Gue nggak cinta."
"Lo dengarkan? Jadi pergi lo dari sini atau ..."
"Lo cemburu atau gimana? Lo pacar Saka?"
"Bukan. Gue sahabat Saka. Sahabat karib."
Tawa Kevin terlihat. "Berarti lo cinta sama Saka? Ngaku aja kalau cinta. Kalau Saka terima lo gue rela mengundurkan diri kok. Lo cinta cowok ini, Ka?" Kevin bicara seenak dengkulnya. Wajah Saka menegang. Walaupun sesungguhnya dia berharap Arjun akan mengakui perasaannya kali ini. Sekali saja dia ingin Atjun mengatakan mencintainya.
"Nggak. Hubungan kita bukan cinta antara pria dan wanita. Orang seperti lo nggak akan paham."
"Cowok lo chiken, Ka."
"Gue bukan pengecut! Saka tahu bahwa gue menganggap dia sahabat. Kita hanya sahabat. Sekarang lo pergi dari sini atau ..."
"Ada apa, Jun?!" Suara teriakan dari seorang pemuda yang nampak datang berkelonpak ke lapangan basket perumahan membuat Arjun dan Kevin menoleh ke arah suara. Pemuda-pemuda komplek. Biasanya mereka suka main basket di Sabtu pagi kayak gini. "Dia bikin onar apa di perumahan kita?"
"Gue nggak buat onar. Slow, man. Gue pergi, tapi gue nggak akan nyerah sama kamu Saka walaupun kamu punya anjing herder sekalipun!" Kevin melirik pada Arjun saat mengatakan jenis anjing itu. Namun segera mengalihkan pandangannya saat menemukan lototan seram mata Arjun. "Saka, I Love you!" Kevin berteriak. Melempar senyum. Sementara Saka hanya diam. Saat Kevin beranjak dia juga beranjak, memungut ranselnya yang teronggok di pinggir lapangan lalu melangkah tanpa kata dengan lesu.
"Ka, main basket dulu." Teriakan itu hilang ditelan angin lalu. "Jun, lo ikutan main bareng kita-kita kan?"
"Sorry, Jo. Gue baru main bareng Saka. Udah capek, gerah lagi, nih badan lengket semua. Mau balik ke rumah dan mandi. Next time, yeah?"
"Okey." Joshua dan teman-teman sekomplek mengangkat tangan membalas salam Arjun. Lalu suara riuh mereka yang memulai permainan terdengar saat Arjun berlari memasuki mobilnya lalu mengejar Saka yang memilih berjalan kaki.
"Ka, masuk ke mobil." Arjun berkata saat sukses mensejajarkan laju mobilnya dengan langkah Saka.
"Nggak. Aku mau jalan."
"Kamu kenapa?" Arjun bertanya setelah meremukkan hatinya. Cowok itu bahkan enggak pernah sadar luka yang dia sebabkan. Saka menarik bibirnya sejenak menyadari apa yang berkecamuk di benaknya. Bukan Arjun yang salah, tapi dia dan hatinya. "Naik, Ka. Nanti kamu ketahuan Om sama Tante loh." Arjun mencoba menakuti sahabatnya itu.
Saka terkekeh kecil. Namun tak menghentikan langkahnya padahal laju mobil Arjun sudah berhenti sedari tadi. "Nggak apa. Aku mau balik ke rumah kok!" Teriaknya mencoba ceria.
"Kenapa?" Arjun turun dari mobilnya. Mejejal langkah ke sisi Saka yang menghela nafas.
"Rindu sama Mama dan Papaku juga Kak Andrea."
"Tapi kamu bilang nggak bakal balik sampai Om Andre setuju pada permintaan kamukan?"
"Setelah gue pikir-pikir gue nggak mau jadi Malin Kundang. Yang harus patuh pada perintah orang tua itu anak bukan orang tua pada anaknya."
"Jadi kamu nggak keberatan ke Paris?" Arjun menatap Saka lekat-lekat. Dia bahkan berusaha membawakan ransel Saka, tapi gadis itu menolak bantuannya.
"Aku bisa bawa sendiri." Saka menurunkan tangan Atjun dari bahunya. "Lagian tadi kamu yang menangkan? Harusnya aku yang bawain barang-barang kamu." Arjun membisu. Pernah mendengar orang memenangkan permainan lalu menyesal? Arjun kini merasakannya. "Oya, kamu tadi nanya apa? Aku nggak keberatan ke Paris?" Saka diam sejenak.