Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #18

Bahaya dari Saka

"Gue boleh telpon lo-kan kalau gue punya waktu luang?"

Gue udah kasih nomor telepon gue, ya pastinya itu izin boleh buat lo." Gadis itu tersenyum sambil memainkan sedotan di gelas jus apelnya.

"Nggak akan ada yang marahkan? Pacar lo misalnya? Gue lihat tadi waktu lo main basket dia kayaknya posesif banget sama lo."

"Nggak lah." Arjun nggak merasa perlu menjelaskan posisi Saka dan dia pada teman baru seperti gadis di depannya ini. Baru saja Arjun mengatakan hal itu, ponselnya berbunyi. Layar ponsel berkedip menampakkan satu identitas: my queen heart. Yang mengartikan panggilan itu dari Saka. Yang menulis identitas itu bukan Arjun, tapi Saka saat gadis itu iseng tentunya lalu mencomot ponsel Arjun yang lagi menganggur- setahunan lalu dan Arjun tidak merubahnya sampai saat ini.

Suheni melirik layar ponsel yang terletak di atas meja mereka itu sebelum Arjun meraihnya sambil menyeka mulutnya yang baru saja menghabiskan sepiring nasi bakar dan segelas jus mentimun.

"Ya? Udah nyampe rumah?" Cowok itu terdiam beberapa menit mendengarkan gadis di seberang sana bicara. Suheni menatap wajah itu diam-diam. "Aku belum. Biasa rapat pema lama berasa bukan ngurusin mahasiswa, tapi seluruh Indonesia." Cowok itu menceritakan semua yang dia lewati hari ini di kampus, suatu hal yang nggak dikisahkan cowok itu pada Suheni padahal mereka telah bicara begitu lama. Dua jam lebih, tanpa cerita sedikit pun tentang cowok itu, tapi tentangnya dan Alder.

Suheni tergagap seketika saat tanpa sengaja tatapannya yang intens pada cowok itu tertangkap mata Arjun. "Gue bayar bill dulu," ucapnya mencari alasan sebelum berlalu dari meja mereka menuju kasir.

"Ada suara cewek." Suara Saka terdengar.

"Oh, tadi mobil cewek itu ngadat. Aku bantuin dan dia nawarin aku makan sebagai ucapan terima kasih."

"Ceweknya cantik?"

"Lumayan lah. Sebelas dua belas sama artis yang namanya Raisa, tapi dengan rambut blonde."

"Itu namanya cantik pake banget tahu."

***

Saka menatap mamanya yang tengah sibuk mengepas seluruh pakaian ke dalam koper. Dia nampak beristirahat setelah sedari tadi membantu mamanya beberes. Beberapa barang yang telah mereka packing dikirim melalui Fedex, agen pengiriman barang internasional yang tadi telah datang mengambil beberapa barang yang akan mama bawa ke Paris karena berpikir akan lebih ekonomis membawanya daripada membelinya di Paris. Harga rupiah lagi keok dengan dollar, yah walaupun papa akan dibayar dengan hitungan dollar di sana.

Lagi bosan. Berenang yuk.

Saka membaca pesan yang dikirim Arjun padanya.

"Saka, naik." Mama terlihat kesulitan menutup koper. Saka mengetik balasan sebelum dengan tangkas menaiki ranjang mama dan papa lalu duduk di atas koper sementara mama menarik resleting koper itu dan sukses. Itu koper terakhir.

"Selesaikan, Ma?" Saka bertanya setelah bersama sang mama menurunkan koper itu dari atas ranjang. Beratnya lumayan untuk bikin encok kumat. Mama mengangguk. "Saka boleh ke rumah Arjunkan?"

"Ya, pergi sana."

Saka melompat girang lalu meluncur pergi secepat kilat saat izin dari mama dia terima. Tentu saja tidak lupa sebelum pergi ke rumah Arjun dia memakai pakaian renangnya di dalam bajunya.

"Hai, Tante. Arjun ada?" Saka menyapa mama Arjun yang nampak sibuk membuat kue di dapur rumah Arjun.

"Ada. Baru saja pulang." Tante Kamila berkata diantara suara berisik mixer pengaduk adonan.

"Tante lagi buat apaan sih?"

"Kue buat Papa dan mama kamu. Kemarin Mama kamu muji kue buatan Tante terus bilang karena udah jauh di Paris dia nggak akan bisa makan kue buatan Tante lagi, jadi Tante inisiatif buatin Mama kamu kue ini biar Mama dan Papa kamu bisa makan kue ini kalau lagi kepengin. Kue kering gini bisa tahan tiga bulan kok." Saka manggut-manggut.

"Oke deh, Tan. Selamat buat kue deh. Saka mau ketemu Arjun dulu."

"Kamu nggak mau bantuin Tante?"

"Sekali lagi deh, Tan."

"Benaran, ya? Tante bakal ajarin kamu masak makanan kesukaan Arjun."

"Serius, Tan?"

Mama Arjun mengangguk. "Tapi bilangin kapan kamu bisa, biar Tante luangin waktu." Saka mengangguk. "Ya, udah sana. Kayaknya Arjun lagi di kolam renang." Saka berlari ke halaman belakang. Terlihat Arjun tengah berada di dalam air.

"Kok keringat?" Arjun bertanya dari dalam kolam.

"Oh, ini?" Saka menyeka keringat di keningnya. "Baru bantuin Mama beres-beres barang yang bakal dibawa ke Paris."

Arjun manggut-manggut. "Lomba yuk. Siapa yang terakhir sampai di ujung sana, nikahnya belakangan."

Saka melepas baju dan celananya, pakaian renangnya bukan bikini. Baju karet dengan celana karet selutut. Dia lalu melompat ke dalam kolam untuk bergabung bersama cowok itu. Namun tanpa peringatan Arjun telah berenang terlebih dahulu. Saka kemudian meneriakinya.

"Curang ihh ..." Arjun hanya tertawa sambil terus berenang.

Lihat selengkapnya