Arjun membolak-balik halaman buku yang dia baca. Tak ada yang masuk di otaknya kini. Kepalanya dipenuhi kejadian siang tadi, adegan ciuman dari film yang ditayangkan di layar televisi Saka juga pernyataan yang dikatakan sahabatnya itu kemudian.
Sekarang kepalanya dipenuhi pertanyaan tentang benar tidaknya keputusan yang dia ambil tadi atau seharusnya dia menuruti keinginan Saka. Mencium sahabatnya itu? Mengakhiri persahabatan mereka? ... Bukan berarti setelah ciuman itu dia harus menikah dengan Saka, tapi maybe ciuman bisa membuat dia dan Saka menjauh ... Namun itu artinya dia harus bertindak bak bajingan yang membuat Saka ilfeel dan tak mungkin menggodanya lagi ... Tapi itu berarti ... dia kehilangan persahabatan dengan gadis itu. Uhhh, Arjun tidak ingin kehilangan persahabatan ini.
Kepala Arjun mumet padahal besok dia harus mengajar adik-adik stambuknya. "Ahhh, Saka! Kenapa sih lo bikin kepala gue sakit seperti ini?!" Arjun menutup buku dihadapannya dengan kasar. Melangkah menuju balkon untuk mengambil udara segar, tapi langkah kakinya seketika berhenti. Ada kamar Saka di seberang sana. Arjun menarik gorden dengan kasar untuk menutupi pintu kaca balkon.
Drrtttt ... Suara ponselnya yang kencang terdengar. Melongok menatap layar ponselnya, Arjun menemukan nama Suheni Anggreini di sana. Arjun menyambar ponsel dengan cepat, dia berharap berbicang dengan Suheni bisa membuatnya melupakan kejadian siang tadi. Dia butuh pengalihan.
"Hallo."
"Hei, ini aku Suheni yang kemarin kamu tolongin karena mobil aku mogok."
"Aku ingat kok."
"Aku pikir udah dilupain. Kamu lagi ngapain?"
"Lagi baca bahan kuliah besok buat adek-adek stambuk."
"Asdos? Kamu Asdos?" Arjun mendehem. "Uihhh, keren. Jago basket, jago benerin mobil, jago hukum juga ternyata. Jadi aku ngeganggu ya?"
"Nggak kok."
"Beneran?"
"Beneran. Ini juga lagi mumet. Mau istirahat." Arjun melangkah ke atas ranjangnya."Gimana mobil kamu? Nggak mogok lagikan?
"Nggak. Kamu montir yang hebat." Seketika Suheni menyesal mengatakan hal itu. Coba tadi dia dikit bohong dengan mengatakan mobilnya di bengkel dan nungguin orang yang mau nganterin ke kampus. Dia bakal bisa lebih dekat dengan cowok inikan? "Ehhh, ngapain nanyain mobil aku? Nanya orangnya dong. Seingatnya aku sedari tadi aku nanyain kamu. Kamu belum nanyain aku." Suheni berkata tanpa basa-basi.
"Ngg ... Maksud aku kalau mogok, biar aku jemput kamu."
Suheni tersentak. Bagai pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba, Arjun kayaknya bisa membaca isi hatinya. "Ehhh, kalau nggak mogok juga kamu boleh loh jemput aku. Aku bakalan senang banget dan berterima kasih."
"Beneran?"
"Bener."
"Nanti ada yang marah."
"Nggak lah. Gue kan jomblo." Arjun tersedak lalu terbatuk sejenak. "Kenapa?"
"Nggak, cuma nggak nyangka cewek secantik kamu bisa juga jomblo." Tawa Suheni terdengar. Arjun tertegun sejenak mengingat kalimat yang dia katakan. Mulai kapan dia belajar merayu? Saka pasti akan meledeknya jika mendengar ucapannya.
"Kalau nggak ada cowok berkualitas ya, mendingan jomblo lah dari pada makan hati."
"Makan ati baik loh buat kesehatan. Mengandung banyak vitamin A, C, E, B6, zat besi, asam folat, omega 6."
"Itu mah ati ayam."
"Bego, ya?"
"Nggak. Aku senang kamu nge-joke sama aku. Eh, tapi jujur, aku malah takutnya kalau kamu jemput aku bakal ada yang marah. Cewek kamu itu ..."
"Gue juga jomblo." Arjun jeda sejenak. Mendekap bantal gulingnya lalu menemukan sebuah gelang karet di sana. Gelang tangan Saka. Kebiasaan ceroboh Saka, tiap kali pasti ada yang ketinggalan. Arjun memainkan gelang itu dengan tangannya yang lain. "Saka maksud kamu? Saka nggak bakal marah lah. Dia sahabat aku."
"Yakin? Dia bukan pacar?"
"Nggak. Aku sama Saka itu cuma sahabatan." Lalu Arjun mulai menceritakan persahabatannya dengan Saka. Diantara kekehannya saat mengingat segala tingkah laku Saka. "Tiap pagi tuh. Jam weker aku kalah dari dia."
"Jadi sedekat itu, yah? Tetangga sebelah rumah. Akrab sama papa dan mama kamu, weker kesukaan kamu. Kayaknya sulit, ya?"
"Sulit apaan?"
"Kalau aku mau jadi pacar kamu." Glek. Arjun terkaget-kaget. Diam sejenak. Keduanya didera kebisuan.
"Jalani aja dulu, yuk." Akhirnya kalimat itu lepas dari bibir Arjun.
"Maksud kamu ...? Kamu nembak aku? Kamu ngajak aku pacaran?" Kekehan Suheni terdengar antusias dari seberang sana. Arjun memainkan kembali gelang karet milik Saka yang ada di tangannya.
I don't wanna to cross the line. Your my best friend, Saka. I won't date with you.