Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #20

Pertengkaran Pertama

"Malam, Tan. Lagi ngapain?" Saka yang muncul di dapur rumah Arjun menyapa mama Arjun yang nampak sibuk di dapur.

"Malam, Saka. Tante lagi masak makanan malam nih. Berhubung malam ini Tante nggak harus lembur, sekali-kali makan malam rumahan daripada beli di luar teruskan?" Saka mengangguk. Matanya menatap bahan makanan yang ada di hadapannya. Sementara tante Kamila sedang sibuk mengiris daun bawang. "Kamu belum makankan?" Tante Kamila melirik Saka yang menggelengkan kepalanya. "Nanti makan disini saja. Sama Om, tante dan Arjun."

"Tante mau Saka bantuin apa nih?" Saka menawarkan diri. Mama Arjun menyambutnya dengan senyum.

"Ambilin kentang di sana terus kupasin dan belah empat lalu goreng, kamu bisakan? Kita bakal buat perkedel kentang Rudi Chairudin," Tante Kamila menyebutkan nama seorang koki. Saka manggut-manggut sambil beranjak ke lemari kitchen set dan meraih sebuah keranjang anyaman berisi kentang. "Ini salah satu makanan kesukaan Arjun."

Saka mendudukkan diri di kursi lalu mulai menguliti kentang yang berukuran besar dibawah lirikan mata Tante Kamila yang kini beralih ke atas kompor lalu sibuk mengaduk sup iga sapi yang dia masak. "Arjun sibuk sekali akhir-akhir ini jadi bagus buat tubuhnya untuk makan sup. Sekarang dia seringnya pulang malam mulu. Kamu udah tanya dia sebenarnya sedang ngerjain apa?" Saka mendongak menatap Tante Kamila lalu menggelengkan kepalanya.

"Nanti niatnya Saka interograsi, Tan."

"Kayak anak Tante penjahat aja."

"Iya, anak Tante itu memang penjahat. Tante nggak tau emang? Mencuri itu kejahatan, termasuk mencuri hati."

Tante Kamila menatap Saka serius. "Emangnya anak Tante itu mencuri hati siapa?" Wanita itu bertanya pura-pura tidak tahu.

"Hati aku." Saka menunduk malu, intonasi suaranya juga memelan membuat Tante Kamila terkekeh geli. Benarkan Saka mencintai putranya?

"Kenapa kamu harus menunduk gitu? Jatuh cinta itu bukan kejahatan tau. Kecuali kamu malu jatuh cinta sama anak Tante."

Perlahan Saka mengangkat wajahnya. "Ihhh, kenapa Saka mesti malu jatuh cinta sama Arjun?"

"Mana tahu kamu menganggap anak Tante kurang ganteng?"

"Arjun itu ganteng, Tan pake banget lagi." Tante Kamila terkekeh. Dia senang Saka seterbuka ini padanya. Andai dulu dia tidak keguguran mungkin dia akan memiliki putri secantik Saka, walau jelas tidak berusia seusia Saka dan Arjun- tiga tahun di bawah keduanya. "Tante nggak keberatankan lalu aku sama Arjun pacaran?" Suara Saka membuyarkan lamunan Kamila. Wanita itu tersenyum kembali.

"Kenapa harus keberatan? Kalau Arjun mencintai kamu, Tante bakal senang banget."

"Beneran?" Mama Arjun mengangguk penuh senyum. Tawa Saka terlihat manis. Gadis itu mendekap Kamila dengan hangat.

"Tapi yang pertama-tama: kamu harus bisa dong menaklukan hati anak Tante dan salah satu cara menaklukkan hati anak Tante yang handsome itu adalah kamu harus jago buatin makanan kesukaan dia. Ayo, cepetan dong ngupas kentangnya. Tante maunya kamu loh yang ngerjain ini, Tante cuma instrukturnya." Ucapan Tante Kamila membuat Saka kelimpungan. Dia baru mengupas satu kentang. Ternyata sulit juga mengupas kentang dengan pisau. "Jangan tebal-tebal mengulitinya, Saka, nanti perkedelnya cuma dapat sedikit. Arjun banyak loh kalau makan perkedel." Mama Arjun mengomentari kentang yang telah dikupas Saka. "Tante udah bantuin loh iris printilan-printilannya. Kamu tinggal ngupas kentang, ngadon dan menggorengnya."

"Susah pake pisaunya, Tan. Saka ambilin pengupas kentang di rumah aja, ya." Saka kabur secepat kilat.

"Cepetan sebelum Arjun pulang!" Pekik Tante Kamila sambil terkekeh kecil.

Saka baru saja keluar dari rumah Arjun ketika mobil Arjun tiba di rumah. Memasuki rumah dia segera menyapa sang mama yang sedang duduk bersantai di dapur sambil menyeruput segelas air hangat. "Malam, Ma. Arjun pulang." Arjun mengecup pipi mamanya lalu melongok ke panci yang ada di atas kompor. "Uihhh, sup iga. Tumben Mama masak makan malam, nggak lembur?"

"Mama nggak ambil lembur karena anak Mama yang ganteng ini sekarang lembur mulu." Mama Arjun mencubit gemas pipi putranya itu yang segera mendapatkan protesan dari Arjun. "Mama harus masakin makanan sehat dan lezat biar kamu nggak sakit. Tapi sebenarnya kamu lagi ngerjain apa sih?"

"Arjun ke kamar dulu, ya, Ma. Mau mandi gerah, udah lapar juga." Arjun tidak menjawab pertanyaan mamanya dan segera beranjak dari dapur. Kamila hanya menghela nafas. Susah memang punya anak seusia Arjun, mereka sudah mulai memilliki pertimbangan sendiri dan tidak ingin diintervensi alhasil malas cerita dengan orang tua. "Selesai mandi ke bawah, ya biar kita makan bareng! Papa juga bentar lagi pulang!"

"Beres, Ma." Arjun menghilang dari pandangan mata mamanya. Menaiki anak tangga menuju ke kamar tidurnya. Beberapa menit kemudian Saka muncul dengan berlari-lari. Di tangan gadis itu terdapat benda kecil stenless steel sebagai alat pengupas kulit buah dan sayur.

"Saka dapat, Tan." Saka terlihat gembira saat tiba di dapur. Mama Arjun menatap senang. "Arjun udah pulang, ya, Tan?" Mama Arjun mengangguk. "Saka lihat mobilnya di depan."

"Kamu mau ketemu Arjun?"

"Nanti aja deh, Tan selesai buat perkedel. Lagian Arjun bakal lama kok. Tuh anak kalau baru pulang bakal skipingan di kamar dua puluh menit, terus push up, dinginin badan sepuluh menit terus mandi sepuluh menitan. Masih lama, Tan. Bagusan Saka buatin perkedel." Mama Arjun manggut-manggut. " Tapi Tante ajarin, ya?"

"Iya. Iya."

Saka mengerjakan semuanya sesuai instruksi Tante Kamila, beberapa kali saat membentuk adonan dia gagal. Saat memasak dia melemparkan perkedel ke dalam penggorengan karena takut kecipratan minyak alhasil perkedelnya pecah berserak mengotori minyak. Tante Kamila menggelengkan kepalanya. Mengajari Saka memang butuh kesabaran.

Lihat selengkapnya